Tuesday 15 February 2011

Kontak

Hipyan Nopri (lk.)
Peternakan Firstanipo
Onlen Tujuh Hari Seminggu

Email: hipyannopri[at]yahoo[dot]com[dot]au
Website: http://www.proz.com/translator/111189

Friday 4 February 2011

Gambaran Umum Domba Mouflon

Kalau dilihat penampilan fisiknya, domba Mouflon (Ovis Musimon) sangat mirip dengan domba Urial (Ovis Orientalis atau Ovis Vignei). Kedua spesies domba ini diyakini sebagai nenek moyang utama domba ternak modern yang kita jumpai sekarang ini. Domba Mouflon berasal dari kepulauan Korsika dan Sardinia di Italia, dan Cyprus, tapi belakangan ini telah dibawa ke sebagian besar wilayah Eropa. Sebagaimana kebanyakan domba liar, domba Mouflon hidup di padang rumput daerah pegunungan. Di Korsika, domba Mouflon hidup di pegunungan berbatu-batu berlereng terjal, sehingga domba Mouflon ini terlindung dari hewan pemangsa atau predator.

Domba Mouflon berwarna merah-coklat dengan bagian sepanjang punggung berwarna gelap, dan bagian samping berwarna lebih cerah. Bagian bawah domba Mouflon dan juga separuh bagian bawah kakinya berwarna putih. Moncong domba Mouflon berwarna putih, dan juga terdapat lingkaran putih di sekeliling matanya.

Domba Mouflon jantan dan betina bertanduk, tapi tanduk domba Mouflon jantan lebih besar. Tanduk domba Mouflon yang melingkar berpilin biasanya mencapai panjang sekitar 64 cm, dan melengkung ke belakang di atas kepalanya. Tanduk domba Mouflon tidak merentang keluar pada bagian ujungnya sebagaimana kebanyakan tanduk domba liar. Ukuran tanduk domba Mouflon jantan menentukan statusnya di dalam kelompoknya.

Domba Mouflon kira-kira sama besarnya dengan domba berukuran sedang dengan bobot hidup berkisar 25 hingga 55 kg. Panjang domba Mouflon berkisar 1,2 sampai 1,5 m, dan tinggi domba Mouflon sekitar 60 sampai 120 cm. Domba Mouflon berbulu kasar, dan pada musim dingin bulu domba Mouflon mengalami pertumbuhan rambut wol di bagian bawah bulunya yang membuat domba Mouflon tetap hangat.

Domba Mouflon jantan dan betina hidup dalam kelompok yang terpisah dan hanya berkumpul selama musim kawin. Domba Mouflon betina biasanya mendapat sumber pakan yang lebih baik karena kesehatan domba Mouflon betina lebih penting untuk melahirkan. Domba Mouflon kawin atau birahi pada akhir musim gugur sampai awal musim dingin. Kekuasaan domba Mouflon jantan ditentukan oleh usia dan ukuran tanduknya. Domba-domba Mouflon jantan akan saling mengadu tanduknya untuk menegakkan kekuasaannya.

Domba Mouflon betina baru kawin setelah berusia sekitar 2 hingga 3 tahun. Domba Mouflon jantan baru kawin setelah berumur kira-kira 7 tahun karena domba Mouflon jantan harus mencapai kedudukan sosial yang kuat sebelum diizinkan kawin dengan domba Mouflon betina. Domba Mouflon betina bunting selama 210 hari dan dapat melahirkan seekor atau dua ekor anak domba. Domba Mouflon betina akan mencari tempat berlindung untuk melahirkan anaknya yang sudah mampu berdiri dalam beberapa menit setelah kelahirannya.

Sebagai herbivora, domba Mouflon makan rumput dan dedaunan semak. Domba Mouflon sering diburu untuk mendapatkan tanduk trofinya. Domba Mouflon tergolong hewan pemalu dan biasanya makanan pada malam hari serta tidak tinggal lama di satu tempat.

Selama 50 tahun terakhir, jumlah populasi domba Mouflon telah berkurang akibat hilangnya habitat, perburuan, dan perkawinan silang dengan domba ternak. Populasi domba Mouflon di Sardinia turun menjadi 700 ekor pada tahun 1975, dan peningkatan kembali jumlah populasi domba Mouflon ini relatif lambat. Di Korsika terdapat sekitar 200 hingga 500 domba Mouflon, dan di Cyprus jumlahnya lebih sedikit. Populasi domba Mouflon di kedua pulau ini dikategorikan rawan punah oleh Serikat Konservasi Alam Internasional (IUCN). Namun demikian, populasi domba Mouflon di Eropa daratan semakin meningkat.

Sebagaimana trah domba liar lainnya, domba Mouflon termasuk klasifikasi domba bulu (hair sheep). Keunggulan nyata domba bulu ini adalah mereka tidak memerlukan pencukuran sebagaimana yang harus rutin dilakukan pada domba wol.

Dengan demikian, peternakan domba jenis ini lebih efisien daripada peternakan domba wol. Para peternak luar negeri pun belakangan ini semakin banyak yang mengalihkan perhatian dari domba wol ke domba bulu.

Karena itu, di Eropa dan Amerika sudah cukup banyak peternak yang memelihara domba unggul ini.

Mudah-mudahan, tulisan sederhana ini mampu menimbulkan minat para peternak yang memiliki kemampuan finansial memadai ataupun para pemilik modal Indonesia untuk mendatangkan domba unggul ini ke Indonesia.

Dengan didatangkannya domba unggul ini dari luar negeri ke Indonesia, usaha agrobisnis peternakan Indonesia, terutama peternakan domba, akan semakin berkembang dan koleksi jenis domba yang diternakkan jadi semakin beragam.

Karena galur domba ini belum begitu banyak yang mengembang-biakkannya, dan di Indonesia domba jenis ini belum ada, nilai jualnya tentu relatif tinggi. Nilai jual yang tinggi ini jelas menguntungkan bagi peternaknya.

Sebagai informasi, salah satu ranch di Amerika Serikat menetapkan harga jual domba Mouflon jantan US$1.000 hingga US$2.000. Dengan nilai tukar saat ini, harga ini setara dengan sekitar Rp9 juta hingga Rp18 juta. Harga yang sangat fantastis untuk seekor domba!

Selain itu, domba unggul ini juga bisa dikawin-silangkan dengan domba lokal untuk menghasilkan domba jenis baru dengan kualitas yang lebih baik dan pasti harganya lebih tinggi.

Peternak yang mengembang-biakkan domba unggul ini dapat membidik tiga segmen pasar sekaligus: pertama, penjualan domba Mouflon galur murni kepada para peternak yang ingin ikut mengembang-biakkan domba Mouflon galur murni. Kedua, penjualan peranakan domba Mouflon hasil perkawinan silang domba Mouflon jantan dengan domba lokal betina kepada para peternak yang tidak mampu membeli domba Mouflon galur murni. Ketiga, penjualan peranakan domba Mouflon ke pasar daging dalam negeri maupun luar negeri.

Penerjemah Inggris-Indonesia:
Hipyan

Sumber:
http://en.wikipedia.org/wiki/Mouflon
http://www.blueplanetbiomes.org/mouflon.htm

Gambaran Umum Domba Urial

Domba Urial adalah salah satu domba liar yang masih hidup sampai saat ini. Domba Urial atau disebut juga domba Arkar atau domba Shapo hidup liar di kawasan Asia Tengah yang mencakup wilayah Afghanistan, India barat laut (Kashmir), Iran timur laut dan tenggara, Kazakhstan barat daya, Oman, Pakistan, Tajikistan, Turkmenistan, dan Uzbekistan. Domba Urial (Ovis Orientalis atau Ovis Vignei) merupakan nenek moyang sebagian besar domba ternak (Ovis Aries) yang ada sekarang ini.

Domba Urial hidup di habitat alam dengan kadar tumbuhan sedang sampai daerah yang sangat gersang, terutama padang rumput, tapi domba Urial ini juga terdapat di daerah pertanian dan kawasan hutan. Makanan utama domba Urial adalah rumput, tapi domba Urial suka juga makan dedaunan semak dan pohon, serta biji-bijian.

Ciri utama domba Urial adalah bulunya yang panjang dan berwarna coklat kemerahan yang memudar selama musim dingin. Ciri khas domba Urial jantan adalah lingkaran hitam yang membentang dari leher sampai dada dan sepasang tanduknya yang besar dan janggutnya yang berwarna putih di bawah mulut. Tanduk domba Urial jantan yang besar ini berpilin keluar dari atas kepala dan berbelok ke dalam dan berakhir di belakang kepala. Domba Urial betina juga bertanduk namun lebih pendek dan lebih kecil. Tanduk domba Urial jantan bisa mencapai panjang 100 cm. Tinggi pundak domba Urial jantan dewasa berkisar 80 sampai 90 cm. Bobot hidup domba Urial jantan sekitar 50 kg.

Sebagai hewan sosial, domba Urial hidup berkelompok. Kebiasaan hidup berkelompok ini sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup mereka. Pertama, hal ini membuat hewan pemangsa atau predator kesulitan menangkap dan membunuh salah satu domba Urial ini. Kedua, pada malam hari domba-domba Urial yang berkumpul dan saling merapatkan badannya membuat badan domba Urial ini tetap hangat dalam menghadapi udara malam yang cukup dingin. Dan ketiga, kebiasaan bergerombol ini membuat kegiatan meragut mereka menjadi teratur. Kelompok-kelompok domba Urial biasanya dipimpin oleh seekor domba Urial jantan dewasa yang memandu dan memimpin kelompoknya.

Domba Urial jantan akan saling berkelahi menggunakan tanduknya yang kuat dan besar untuk merebut kekuasaan dan hak mengawini. Tingkah laku ini biasanya terjadi pada awal musim gugur, dan domba Urial jantan yang jadi pemenangnya akan membawa 3 sampai 6 ekor domba Urial betina sebagai pasangan kawinnya.

Musim kawin dimulai saat musim gugur pada bulan September dan November, dan kegiatan kawin ini mencapai puncaknya pada paruh pertama bulan November. Domba Urial jantan, yang biasanya hidup terpisah di luar musim kawin, memilih empat atau lima ekor domba Urial betina sebagai pasangannya. Domba Urial betina ini nanti melahirkan satu atau dua ekor anak domba Urial setelah bunting selama lima bulan. Domba Urial betina yang akan melahirkan memisahkan diri ke bagian atas jurang yang curam dan menggali parit di tempat yang teduh untuk melahirkan anaknya.

Populasi domba Urial di seluruh dunia belum pernah diperkirakan. Namun demikian, populasi domba Urial di dunia cenderung berkurang secara signifikan, mungkin sampai 30% selama tiga generasi. Secara umum, populasi domba Urial terancam terutama oleh perburuan liar dan persaingan mendapatkan sumber pakan dengan hewan ternak.

Domba Urial termasuk dalam kategori domba liar yang rawan punah, tapi sebagian besar subspesies domba Urial sudah masuk kategori bahaya punah. Domba Urial sebagai domba liar mengalami ancaman terutama karena beberapa sebab. Pertama, domba Urial hidup di dataran rendah terbuka yang biasanya berdekatan dengan daerah yang banyak digunakan sebagai tempat penggembalaan sapi, domba, dan kambing, yang semuanya merupakan pesaing ekologis dan bisa menyebarkan penyakit. Kedua, kehadiran manusia yang dekat dengan habitat domba Urial juga menimbulkan perburuan berlebihan atau perburuan liar. Ketiga, dengan hidup di habitat yang gersang dan sumber pakan kurang, domba Urial terdapat di habitat alam dengan tingkat kepadatan rendah, yaitu biasanya kurang dari satu ekor domba Urial per 100 hektar. Yang terakhir, domba Urial sangat dihargai oleh para pemburu trofi, sehingga domba Urial jantan biasanya diburu secara berlebihan, dan populasinya semakin berkurang. Pemangsa utama domba Urial adalah macan tutul dan serigala.

Sebagaimana trah domba liar lainnya, domba Urial termasuk klasifikasi domba bulu (hair sheep). Keunggulan nyata domba bulu ini adalah mereka tidak memerlukan pencukuran sebagaimana yang harus rutin dilakukan pada domba wol.

Dengan demikian, peternakan domba jenis ini lebih efisien daripada peternakan domba wol. Para peternak luar negeri pun belakangan ini semakin banyak yang mengalihkan perhatian dari domba wol ke domba bulu.

Karena itu, di Eropa dan Amerika sudah cukup banyak peternak yang memelihara domba unggul ini.

Mudah-mudahan, tulisan sederhana ini mampu menimbulkan minat para peternak yang memiliki kemampuan finansial memadai ataupun para pemilik modal Indonesia untuk mendatangkan domba unggul ini ke Indonesia.

Dengan didatangkannya domba unggul ini dari luar negeri ke Indonesia, usaha agrobisnis peternakan Indonesia, terutama peternakan domba, akan semakin berkembang dan koleksi jenis domba yang diternakkan jadi semakin beragam.

Karena galur domba ini belum begitu banyak yang mengembang-biakkannya, dan di Indonesia domba jenis ini belum ada, nilai jualnya tentu relatif tinggi. Nilai jual yang tinggi ini jelas menguntungkan bagi peternaknya.

Sebagai informasi, salah satu ranch di Amerika Serikat menetapkan harga domba Urial dara US$2.000 dan domba Urial bujang US$2.500. Dengan nilai tukar saat ini, harga ini setara dengan sekitar Rp18 juta dan Rp23 juta. Harga yang sangat fantastis untuk seekor domba!

Selain itu, domba unggul ini juga bisa dikawin-silangkan dengan domba lokal untuk menghasilkan domba jenis baru dengan kualitas yang lebih baik dan pasti harganya lebih tinggi.

Peternak yang mengembang-biakkan domba unggul ini dapat membidik tiga segmen pasar sekaligus: pertama, penjualan domba Urial galur murni kepada para peternak yang ingin ikut mengembang-biakkan domba Urial galur murni. Kedua, penjualan peranakan domba Urial hasil perkawinan silang domba Urial jantan dengan domba lokal betina kepada para peternak yang tidak mampu membeli domba Urial galur murni. Ketiga, penjualan peranakan domba Urial ke pasar daging dalam negeri maupun luar negeri.

Penerjemah Inggris-Indonesia:
Hipyan

Sumber:
http://www.iucnredlist.org/apps/redlist/details/15739/0
http://en.wikipedia.org/wiki/Urial
http://www.britannica.com/EBchecked/topic/619771/urial#
http://thewebsiteofeverything.com/animals/mammals/Artiodactyla/Bovidae/Ovis/Ovis-vignei.html

Domba Argali, Domba Liar Terbesar di Dunia

Domba Argali merupakan salah satu spesies domba liar yang ada di dunia. Argali adalah nama dalam bahasa Mongolia untuk jenis domba ini. Nama latin domba Argali adalah Ovis Ammon. Ovis adalah bahasa Latin yang berarti domba, sedangkan Ammon adalah salah satu dewa bangsa Mesir kuno, yang biasanya digambarkan sebagai sosok manusia berkepala domba jantan. Domba Argali banyak ditemukan di kawasan pegunungan Asia Tengah dengan ketinggian 2.500 sampai 5.500 meter di atas permukaan laut yang mencakup daerah pegunungan Himalaya, pegunungan Altay, wilayah Kazakhtan, Kirgistan, Tajikistan, Rusia, Tibet, dan Mongolia. Domba Argali ini biasanya hidup di kawasan padang rumput berbukit-bukit dekat daerah pegunungan.

Dibandingkan dengan spesies domba liar lainnya maupun domba ternak, domba Argali merupakan trah domba terbesar di dunia. Panjang badan domba Argali jantan berkisar 120 sampai 200 cm. Tinggi bahunya mencapai 90 hingga 120 cm pada domba Argali jantan. Bobot hidup domba Argali jantan berkisar dari 65 hingga 180 kg. Dengan karakteristik fisik seperti ini, jelas domba Argali lebih besar daripada domba ternak terbesar di dunia, yaitu domba Lincoln.

Pola warna atau kolorasi umum domba Argali bervariasi, mulai dari kuning muda sampai kelabu-coklat tua, dengan bulu putih di sana-sini pada domba Argali yang sudah tua. Bagian bawah badan domba Argali berwarna keputihan, dan dipisahkan dari warna badan utama oleh garis berwarna gelap di sepanjang kedua sisi badannya. Wajah domba Argali terlihat lebih kecil. Selain itu, domba Argali jantan memiliki lingkar leher berwarna keputihan, yang meliputi hampir seluruh permukaan leher, dan jambul punggung, yang keduanya terlihat lebih jelas pada musim dingin. Domba Argali memiliki bagian pantat berwarna keputihan, meskipun terdapat banyak variasi antar subspesies dalam luas dan batas bagian berwarna keputihan pada pantat ini. Domba Argali dewasa memiliki sepasang tanduk sangat besar berpilin, yang bisa mencapai panjang 190 cm. Domba Argali betina juga bertanduk meskipun tanduknya jauh lebih kecil dan panjangnya jarang lebih dari 30 cm.

Masa kebuntingan domba Argali betina berlangsung selama 150 hingga 160 hari atau sekitar lima bulan. Satu kelahiran dihasilkan 1 atau 2 ekor anak. Anak domba Argali ini akan menyusu pada induknya selama 4 bulan.

Domba Argali betina mencapai usia dewasa kelamin setelah berumur 2 tahun, sedangkan domba Argali jantan baru mencapai usia dewasa kelamin setelah berumur 5 tahun. Domba Argali hidup sampai usia 10 hingga 13 tahun.

Kalau akan segera melahirkan, domba Argali betina memisahkan diri dari kelompoknya dan mencari tempat yang sulit dijangkau untuk melahirkan anaknya. Induk domba Argali dan anak domba yang baru dilahirkannya akan tetap memisahkan diri dari kelompoknya selama beberapa hari, dan selama beberapa hari tersebut anak domba Argali berbaring tak bergerak sementara induknya pergi sejenak mencari makan.

Menurut data yang ada, kepadatan populasi domba Argali berkisar dari 1,0 hingga 1,2 domba per kilometer persegi. Migrasi musiman terjadi pada sebagian populasi domba Argali (terutama domba Argali jantan), meskinpun ada kecenderungan domba Argali umumnya tinggal di daerah pegunungan yang lebih tinggi pada musim panas. Dengan kaki yang relatif panjang, domba Argali mampu berlari dengan cepat dan melarikan diri dari predator atau hewan pemangsanya, meskipun mereka sering harus lari ke lereng-lereng pegunungan yang curam. Domba Argali akan mengeluarkan suara tanda bahaya atau suara dengus tanda peringatan akan datangnya bahaya dengan menghembuskan udara melalui lubang hidungnya kalau ada ancaman hewan pemangsa. Saat berkelahi, domba Argali jantan mengangkat badannya dan berdiri dengan kedua kaki belakang, lalu memiringkan badannya ke depan dan berlari cepat ke arah lawannya dan membenturkan kedua tanduknya.

Domba Argali biasa hidup berkelompok menurut keluarganya dan kelompok domba Argali jantan terpisah dengan kelompok domba Argali betina, kecuali pada musim kawin, di mana setiap kelompok terdiri dari 2 hingga lebih 100 ekor domba Argali.

Makanan utama domba Argali berupa rumput-rumputan dan daun-daunan. Predator atau pemangsa utama domba Argali adalah serigala dan macan tutul salju.

Menurut IUCN (Serikat Konservasi Alam Internasional), domba Argali masuk kategori hewan yang rawan punah atau dua kategori di bawah kategori punah di alam liar. Sepasang tanduk domba Argali jantan terlihat sangat gagah dan indah sehingga domba Argali jantan bernilai sangat tinggi bagi para pemburu. Perburuan domba Argali berperan mengurangi populasi domba liar ini. Namun demikian, ancaman yang lebih serius adalah hilangnya habitat domba Argali akibat peragutan berlebihan (overgrazing) oleh domba ternak.

Saat ini diperkirakan terdapat 20.000 domba Argali yang hidup di Mongolia. Pada musim panas, domba Argali hidup di kawasan pegunungan Altai dengan ketinggian rata-rata 3.500 m dan pada ketinggian 1.100 m di kawasan stepa dan dekat gurun Gobi dan turun ke daerah yang lebih rendah pada musim dingin.

Domba Argali hidup di daerah yang dekat dengan sumber air, rawa asin dan padang rumput dan jarang bergerak jauh dari daerah seperti ini. Musim kawin dimulai dari bulan Oktober sampai November, dan domba Argali betina biasanya melahirkan seekor anak dan jarang melahirkan anak kembar pada bulan April sampai Mei.

Sumber air dan padang rumput domba Argali biasanya merupakan tempat yang sama dengan domba ternak. Di Mongolia terdapat 2 sub-spesies domba Argali: domba Argali Altai dan domba Argali Gobi. Domba Argali Altai sedikit lebih besar daripada domba Argali Gobi dalam ukuran badan dan tanduknya.

Sebagaimana trah domba liar lainnya, domba Argali termasuk klasifikasi domba bulu (hair sheep). Keunggulan nyata domba bulu ini adalah mereka tidak memerlukan pencukuran sebagaimana yang harus rutin dilakukan pada domba wol.

Dengan demikian, peternakan domba jenis ini lebih efisien daripada peternakan domba wol. Para peternak luar negeri pun belakangan ini semakin banyak yang mengalihkan perhatian dari domba wol ke domba bulu.

Mudah-mudahan, tulisan sederhana ini mampu menimbulkan minat para peternak yang memiliki kemampuan finansial memadai ataupun para pemilik modal Indonesia untuk mendatangkan domba unggul ini ke Indonesia.

Dengan didatangkannya domba unggul ini dari luar negeri ke Indonesia, usaha agrobisnis peternakan Indonesia, terutama peternakan domba, akan semakin berkembang dan koleksi jenis domba yang diternakkan jadi semakin beragam.

Karena di luar negeri pun masih sangat langka peternak yang mengembang-biakkan domba Argali, dan di Indonesia domba jenis ini belum ada yang mengembang-biakkannya, nilai jual domba terbesar di dunia ini tentu relatif tinggi. Nilai jual yang tinggi ini jelas menguntungkan bagi peternak yang mengembang-biakkannya.

Sebagai informasi, harga jual domba Argali jantan di Rusia adalah US$7.000. Dengan nilai tukar saat ini, harga ini setara dengan sekitar Rp63 juta. Harga yang sangat fantastis untuk seekor domba!

Selain itu, domba unggul ini juga bisa dikawin-silangkan dengan domba lokal untuk menghasilkan domba jenis baru dengan kualitas yang lebih baik dan pasti harganya lebih tinggi.

Peternak yang mengembang-biakkan domba unggul ini dapat membidik tiga segmen pasar sekaligus: pertama, penjualan domba Argali galur murni kepada para peternak yang ingin ikut mengembang-biakkan domba Argali galur murni. Kedua, penjualan peranakan domba Argali hasil perkawinan silang domba Argali jantan dengan domba lokal betina kepada para peternak yang tidak mampu membeli domba Argali galur murni. Ketiga, penjualan peranakan domba Argali ke pasar daging dalam negeri maupun luar negeri.

Penerjemah Inggris-Indonesia:
Hipyan

Sumber:
http://www.unesco.org/bpi/photo_gallery/mab_2009/argali_sheep.jpg
http://www.argalipark.com/mongolia_argali.html#

Thursday 3 February 2011

Visi dan Misi

Nama Peternakan Firstanipo berasal dari perpaduan nama anak perempuan kami Firstanisa dan anak lelaki kami yang bernama Amernipo.

Nama Firstanisa merupakan perpaduan dua bahasa, yaitu bahasa Inggris 'first' (pertama) dan bahasa Arab 'annisa' (perempuan).

Nama Amernipo diambil dari perpaduan kata 'Amerika' dan 'Nippon' (Jepang) karena saat kehamilan istri saya sampai kelahiran anak bungsu kami ini, saya sedang sibuk membantu orang Amerika Serikat yang kemudian disusul dengan orang Jepang sebagai juru bahasa atau penerjemah lisan atau interpreter mereka selama kegiatan mereka di Sumatera Barat dalam rangka memberikan bantuan kemanusiaan setelah gempa besar 30 September 2009.

Ide membuka usaha agrobisnis peternakan skala rumah tangga ini mulai timbul pada akhir tahun 2008 setelah saya sering iseng melihat-lihat gambar ternak kambing, domba, sapi, dan kerbau baik di Internet maupun di toko buku.

Sejak awal tahun 2009 Peternakan Firstanipo mulai berjalan dengan usaha bagi hasil peternakan kambing Kacang bermitra dengan keluarga miskin di pinggiran kota Padang, Sumatera Barat. Awal tahun 2010 Peternakan Firstanipo membuka usaha bagi hasil peternakan sapi Simental bermitra dengan keluarga miskin yang sama.

Sebagai landasan pengembangan usaha agrobisnis peternakan, Peternakan Firstanipo memiliki visi dan misi seperti diuraikan di bawah ini.

Visi
Mewujudkan kesejahteraan masyarakat Indonesia melalui usaha peternakan kambing, domba, sapi, dan kerbau.

Misi
Memasyarakatkan peternakan kambing, domba, sapi, dan kerbau

Mempromosikan berbagai jenis kambing, domba, sapi, dan kerbau unggul kepada seluruh masyarakat Indonesia melalui tulisan-tulisan mengenai ternak unggul di blog ini

Mewujudkan peternakan kambing, domba, sapi, dan kerbau yang efisien, alami, dan ramah lingkungan

Menekan tingkat kemiskinan, pengangguran, dan kejahatan.

Mencegah terjadinya urbanisasi atau perpindahan penduduk dari desa ke kota

Mendorong terjadinya ruralisasi atau perpindahan penduduk dari kota ke desa untuk membangun ekonomi pedesaan melalui usaha peternakan kambing, domba, sapi, dan kerbau

Peternakan Solusi Kemiskinan

Sungguh ironis bila kita melihat fakta bahwa masih banyak sekali masyarakat pedesaan yang masuk dalam kategori masyarakat miskin. Fakta ini dapat kita lihat dari banyak dan panjangnya antrian pada saat pembagian BLT. Di satu sisi, pedesaan kita kaya akan sumber daya alam. Namun demikian, kenyataannya banyak sekali masyarakat pedesaan yang hidup miskin dan karena itu banyak di antara mereka yang pindah ke kota mengadu nasib dengan bekal pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan ala kadarnya.

Jadi, tidak mengherankan bila di kota-kota banyak terdapat bangunan kumuh di sepanjang bantaran sungai. Bangunan-bangunan kumuh ini menjadi tempat tinggal orang-orang desa yang gagal mendapatkan keberuntungan di kota.

Dengan sumber daya alam yang melimpah dan lahan pertanian yang luas, mengapa masyarakat desa tetap miskin dan akhirnya berurbanisasi ke berbagai kota? Menurut saya, hal ini disebabkan oleh dua hal utama - wawasan masyarakat pedesaan yang sempit dan kurang atau tidak tersedianya modal atau orang yang bersedia memberikan modal bagi mereka.

Banyak masyarakat desa yang tidak tahu bagaimana memanfaatkan lahan pertanian mereka secara optimal. Pengamatan saya terhadap para petani di pedesaan Bengkulu dan Sumatera Barat menunjukkan bahwa lahan tidur bukanlah kenyataan yang langka di pedesaan. Petani sering hanya menanam padi dan sedikit palawija. Fokus usaha pertanian mereka adalah pemenuhan kebutuhan keluarga. Jarang terlintas dalam pikiran mereka untuk menanam tanaman unggul bernilai jual tinggi seperti durian monthong, mangga harum manis, atau pisang cavendish (pisang Ambon putih) di pinggir sawah atau tanah mereka.

Karena tidak tersedia uang yang cukup banyak, mereka tidak beternak kambing, sapi, atau kerbau padahal selain ternak itu sendiri dapat dijual, kotoran berupa tahi maupun kencing ternak tersebut sangat bermanfaat sebagai pupuk kandang dan penghasil biogas. Penggunaan pupuk kandang ini sangat menyuburkan tanaman dan mengurangi ketergantungan petani pada pupuk kimia yang harganya mahal dan cenderung naik terus serta dapat mencemari dan merusak lingkungan. Begitu pula, biogas yang dihasilkan dari kotoran ternak sangat menghemat biaya pembelian minyak tanah untuk memasak dan mengurangi penebangan pohon secara serampangan untuk kayu bakar.

Seharusnya, uang yang tidak cukup untuk membeli ternak jangan menjadi penghambat bagi masyarakat untuk beternak. Mereka dapat memulai dengan beternak unggas seperti ayam, bebek, atau itik, yang modalnya cukup beberapa puluh ribu saja. Seandainya mereka tidak punya uang beberapa puluh ribu, mereka bisa menjalin kerja sama bagi hasil dengan tetangga yang punya ayam. Setelah populasinya cukup banyak, ayam tersebut bisa dijual untuk membeli kambing. Begitu pula selanjutnya, setelah populasi kambingnya cukup banyak, kambing tersebut bisa dijual untuk membeli sapi atau kerbau. Jadi, wawasan dan pemahaman agrobisnis harus ditanamkan dan disebarkan di kalangan masyarakat pedesaan.

Itu dari pihak petani. Sekarang kita lihat dari pihak yang memiliki modal. Pemilik modal yang saya maksud di sini bukan lembaga keuangan seperti bank dan lembaga keuangan formal lainnya. Fasilitas kredit dari lembaga keuangan seperti ini tentu sangat merepotkan bagi petani baik dari segi tingginya bunga maupun rumit dan beratnya persyaratan dan prosedurnya.

Pemilik modal yang saya maksud di sini adalah orang perorangan yang memiliki dana yang cukup untuk membeli setidaknya sepasang ternak - kambing, sapi, atau kerbau.

Mungkin pemilik modal di desa jauh lebih sedikit daripada di kota. Karena itu, melalui tulisan dan blog ini saya menghimbau agar siapa pun yang masuk kategori pemilik modal menurut pengertian yang saya maksud dalam tulisan ini segera menjalin kerja sama bagi hasil peternakan - kambing, sapi, atau kerbau. Pemilik modal menyediakan minimal sepasang ternak beserta kandangnya, dan peternak menyediakan lahan dan pakannya.

Perhitungan bagi hasil antara pemodal dan peternaknya bisa 70%-30%, 60%-40%, atau 50%-50%, tergantung kesepakatan antara pemodal dan peternak sehubungan dengan beban yang ditanggung masing-masing pihak. Misalnya, pembagian 50%-50% diberlakukan bila pemodal hanya menyediakan ternak, dan peternak membangun kandang dan menyediakan pakan. Kalau pemodal menyediakan ternak, membuat kandang, menyediakan pakan tambahan serta obat-obatan, dan peternak hanya memelihara dan menyediakan pakan hijauan, pembangian 70%-30% dapat diterima.

Mudah-mudahan para pemilik modal di mana pun berada di seluruh Indonesia tertarik dengan konsep usaha bagi hasil peternakan ini. Segera sisihkan sebagian kekayaan Anda untuk membeli sepasang ternak dan membangun kandangnya. Carilah keluarga miskin di daerah pedesaan atau pinggiran kota di daerah tempat tinggal Anda yang bersedia menerima tawaran kerja sama bagi hasil peternakan.

Peternakan adalah usaha yang relatif mudah dilakukan oleh siapa pun dan menguntungkan. Karena itu, mari kita bangun desa kita melalui usaha peternakan. Mari kita berantas kemiskinan melalui usaha peternakan. Mari kita bantu masyarakat miskin melalui usaha nyata yang saling menguntungkan - kerja sama bagi hasil peternakan. Mari kita bekali masyarakat miskin dengan kail daripada kita beri ikan kepada mereka.

Mari Beternak

Agrobisnis peternakan adalah usaha produktif yang menguntungkan dan mudah dikerjakan.

Ketiadaan modal jangan jadi penghalang niat membuka usaha agrobisnis peternakan.

Agrobisnis peternakan tidak hanya bisa dilakukan orang bermodal besar.

Masyarakat kelas bawah di daerah pedesaan dan kawasan pinggiran perkotaan juga bisa membuka usaha agrobisnis peternakan.

Tentu saja, masyarakat kelas bawah hanya bisa memulai dengan usaha peternakan skala rumah tangga.

Tidak apa-apa; yang penting ada niat, tekad, dan kemauan untuk memperbaiki taraf hidup melalui usaha agrobisnis peternakan.

Belum bisa memelihara ternak besar, mulai saja dengan memelihara ternak kecil.

Kalau ada uang beberapa puluh ribu rupiah, buat kandang yang sederhana namun cukup kuat dan mudah dibersihkan dengan memanfaatkan bahan bangunan yang tersedia di sekitar tempat tinggal kita.

Kalau tinggal di pedesaan, cari kayu atau bambu dan daun di hutan sekitar desa untuk membuat kandang dengan biaya relatif murah.

Kalau tinggal di kawasan pinggiran perkotaan, cari kayu dan seng sisa-sisa bangunan yang tidak terpakai untuk dijadikan bahan membuat kandang ternak.

Setelah itu, segera belikan ternak unggas seperti itik, bebek, ayam, atau angsa.

Kalau tidak punya uang, segera cari pekerjaan apa pun yang bisa mendatangkan uang; yang penting halal. Buang rasa malu dan gengsi dalam melakukan pekerjaan yang baik dan halal untuk mendapatkan penghasilan.

Setelah itu, gunakan uang beberapa puluh ribu rupiah untuk membeli sepasang ayam, itik, bebek, atau angsa.

Setelah populasinya beberapa puluh ekor, jual sebagian dan beli seekor kambing atau domba kampung yang sudah bunting. Kemudian, kalau sudah dapat tambahan uang dari penjualan sebagian populasi unggas lagi, belikan satu ekor kambing atau domba jantan.

Setelah populasi kambing atau domba mencapai beberapa puluh ekor, jual sebagian dan beli seekor sapi Bali atau sapi PO atau kerbau betina yang sudah bunting. Selanjutnya, kalau sudah dapat tambahan uang lagi dari penjualan sebagian populasi kambing atau domba kampung, beli satu ekor sapi Bali atau sapi PO atau kerbau jantan.

Akhirnya, kita tinggal melakukan kegiatan rutin memelihara dan merawat ayam atau itik atau angsa, kambing atau domba, dan sapi atau kerbau tersebut. Populasi ternak kita terus bertambah, dan dengan demikian penghasilan kita akan terus bertambah.

Dengan penghasilan yang terus bertambah, taraf hidup kita terus meningkat dan terangkat dari status miskin menjadi satus berkecukupan.

Kalau dulu kita menerima bantuan dari para pemilik modal yang dermawan, sekarang kita harus menjadi pemberi bantuan untuk saudara kita yang keadaan ekonominya masih memprihatinkan.

Dengan demikian, akan terjadi dua efek berantai sekaligus: pertama, pemasyarakatan usaha agrobisnis peternakan di kalangan masyarakat pedesaan dan kawasan pinggir perkotaan dan kedua, pemerataan kesejahteraan di kalangan masyarakat kelas bawah pedesaan dan perkotaan.

Untuk membantu mewujudkan terjadinya reaksi berantai tersebut tentu saja sangat diharapkan partisipasi aktif para dermawan yang bersedia menyisihkan sebagian dari kekayaannya untuk memberikan bantuan modal kepada orang-orang tidak mampu yang jujur dan mau bekerja keras membuka usaha agrobisnis peternakan.

Mudah-mudahan semakin banyak orang kaya yang menyadari bahwa sebagian dari hartanya adalah hak kaum duafa.