Saturday 8 December 2012

2 Film India Yang Mendunia

What is in the Name?
Apalah arti sebuah nama?… demikian Shakeaspere dalam Hamlet.
Tetapi di era modern ini, nama dapat menjadi sebuah persoalan. Bahkan petaka.
Beberapa waktu setelah tragedi WTC 2001, Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, melakukan pemeriksaan ketat terhadap siapapun yang hendak melancong ke negeri Paman Sam.
Seorang teman yang sedang mengurus VISA mengungkapkan bahwa pemeriksaan berfokus pada nama dan ciri wajah. Jika Anda memiliki nama berbau Islam, seperti Ahmad, Muslimin, dan lain-lain, maka dapat dipastikan VISA ditolak dan Anda dilarang pergi ke Amerika.
Begitu pula jika wajah Anda dihiasi untaian jenggot. Meskipun hanya sepanjang 1 senti, Anda akan ditolak, bahkan sebelum Anda menunjukkan dokumen-dokumen di depan petugas.
Paranoia Amerika terhadap Islam memang keterlaluan. Atas nama keamanan negara, Amerika melanggar hak azasi manusia yang selalu dijunjung tinggi. Konstitusi Amerika – Amandemen ke-14 yang mensyaratkan bahwa semua warga negara Amerika Serikat diperlakukan sama di bawah hukum – terabaikan.
Diskriminasi tidak hanya terhadap warga asing, tetapi juga terhadap warganya sendiri yang kebetulan beragama Islam. Media massa di seluruh dunia senantiasa melaporkan diskriminasi yang ganjil ini.
Sembilan tahun setelah tragedi WTC, paranoia ini digambarkan secara apik melalui sebuah layar film. Bukan produksi Hollywod, tetapi Bollywood.
My Name is Khan, sebuah film garapan Johan Karan, berhasil menghadirkan paranoia Amerika terhadap Islam. Lebih tepatnya, paranoia terhadap sebuah nama yang berbau Islam: Khan.
Dikisahkan, Rizwan Khan, pria penderita autis asal Mumbai India, mendapat didikan ibunya tentang karakter dasar manusia dan bagaimana membina relasi  antar sesama manusia.
Sang ibu mengatakan bahwa di dunia ini hanya ada 2 tipe manusia, yaitu manusia yang baik dan manusia yang jahat. Kebaikan dan kejahatan manusia itu tidak ada kaitannya dengan suku, agama dan ras.
Sang ibu menekankan bahwa tidak ada orang Islam baik dan orang Islam jahat, tidak ada orang Kristen baik dan orang Kristen jahat, tidak ada orang Hindu baik dan orang Hindu jahat.
Kebaikan dan kejahatan ada pada manusia, tetapi itu tidak berkaitan dengan agama dan keyakinan yang dianut manusia tersebut.
Didikan sang ibu tertanam erat dalam benak Khan. Dan Khan merasa didikan ibunya benar. Tetapi realitas yang dihadapi sangat jauh berbeda.
Saat dewasa, Khan bermigrasi ke Amerika dan menetap di rumah kakak dan iparnya. Pria penderita autis ini jatuh cinta dengan gadis sebangsanya bernama Mandira. Mereka lalu menikah dan memulai bisnisnya. Segalanya berjalan lancar dan kebahagiaan perkawinan dilalui tanpa kendala berarti.
Dan tragedi WTC pun terjadi.
Segalanya berubah, keduanya terpisah dan cerita pun bergulir mengharu biru.
Shah Rukh Khan (SRK), pemeran Khan, mengungkapkan bahwa My Name is Khan bukan film tentang terorisme atau tragedi WTC. Film ini bercerita tentang hubungan antara 2 orang, antara seorang individu dan negara. Ada 3 komponen penting dalam film ini, yaitu kisah cinta, Islam dan autis.
SRK juga mengatakan, film ini berfokus pada tema tentang hubungan antara dunia Barat  dan Islam dan bagaimana hubungan itu banyak berubah dalam beberapa tahun terakhir.
“My Name is Khan berbicara tentang Islam dan cara pandang dunia terhadap Islam. Kami hanya berusaha untuk mengatakan bahwa hanya ada orang-orang baik dan orang-orang yang jahat. Tidak ada orang Hindu yang baik dan orang Hindu yang jahat. Tidak ada orang Kristen yang jahat dan orang Kristen yang baik. Agama bukanlah kriteria untuk menentukan orang itu baik atau jahat,” kata SRK dalam sebuah wawancara.
Pengalaman pribadi Shah Rukh Khan
Shah Rukh Khan tentu tidak menduga, paranoia Amerika terhadap nama yang berbau Islam benar-benar menimpa dirinya.
Peristiwa itu terjadi pada 14 Agustu 2009, saat dirinya berkunjung ke Amerika untuk sebuah pertemuan dengan warga India di sana.
Tiba di bandara Newark, New Jersey, tiba-tiba SRK ditahan pihak bandara dan diharuskan menjalani pemeriksaan. Petugas memberitahu dirinya bahwa namanya muncul dalam komputer sebagai nama yang patut dicurigai.
SRK dibawa ke sebuah ruangan khusus yang berisi orang-orang berwajah Asia yang juga sedang diperiksa. SRK mengaku banyak orang yang mengenal wajahnya di bandara. Bahkan ada diantara mereka yang meminta tanda tangannya. Tetapi petugas tetap saja melakukan prosedur pemeriksaan. SRK diperiksa sekitar 2 jam sebelum dibebaskan. SRK dilepas setelah konsulat India bersama pejabat Amerika turun tangan langsung.
Khan mengungkapkan bahwa dirinya sedih dan merasa sangat bersalah saat berada di ruang pemeriksaan. Tetapi itu bukan kesedihan untuk diri pribadinya, melainkan saat melihat orang-orang yang sedang diperiksa di ruangan itu.
“Orang mungkin akan mengenali saya dan melepaskan saya. Tetapi bagaimana dengan orang-orang yang di ruangan itu? Mereka pasti mendapat masalah,” kata pria yang masuk 50 tokoh berpengaruh dunia versi Majalah Newsweek tahun 2008 ini.
Insiden yang sempat menjadi headline di berbagai media internasional ini  memicu aksi demonstrasi di India.  Mereka marah dan tersinggung tokoh pujaannya menerima pelecehan sejahat itu. Insiden tersebut  juga memicu perdebatan diantara para politisi India dan para sineas film.
Sementara itu, ada juga fihak yang curiga insiden di bandara Newark  sebagai bagian dari promosi film My Name is Khan. Tetapi hal ini dibantah SRK dan Karan Johar, sang produser.
Peristiwa baru mereda setelah Gubernur California, Arnold Schwarzenegger mengundang SRK makan malam bersama di kediamannya. Sebuah upaya diplomatik untuk meredakan ketegangan.
Jadi memang benar apa yang dikatakan Shah Rukh Khan.
“Jika Anda memiliki nama berbau Islam, Anda mungkin dianggap sebagai teroris.”
“My Name is Khan..and I am not a terrorist.”


2. SLUMDOG MILLIONAIRE
FILM SLUMDOG MILLIONAIRE (2008)

Tanggal Rilis : 11 February 2009 (Indonesia)
Jenis Film : Crime | Drama | Romance
Diperankan Oleh : Dev Patel, Freida Pinto and Saurabh Shukla
Ringkasan Cerita FILM SLUMDOG MILLIONAIRE (2008) :

Tak ada yang mengira kalau Jamal Malik (Dev Patel) akan segera menjadi orang kaya. Jamal adalah seorang remaja yatim piatu yang tinggal di kawasan kumuh kota Mumbai. Namun secara misterius, remaja berusia 18 tahun ini dapat dengan mudah melangkah menuju babak terakhir kuis yang berhadiah 20 juta Rupee.

Satu per satu pertanyaan yang diajukan oleh pembawa acara kuis Who Wants To Be A Millionaire? versi India ini dijawab Jamal dengan baik. Ini memicu spekulasi bahwa Jamal telah berbuat curang dan karenanya pihak kepolisian datang untuk menghalangi Jamal menjadi pemenang.

Jamal kemudian berusaha mati-matian membuktikan bahwa ia tak pernah melakukan kecurangan dalam kuis ini. Maka mulailah Jamal menceritakan kehidupan sehari-harinya dan apa yang dialaminya selama tinggal di kawasan kumuh kota Mumbai termasuk cintanya pada Latika (Freida Pinto). Dari setiap babak kisah Jamal, terkuak misteri bagaimana Jamal bisa mengetahui jawaban dari pertanyaan kuis yang cukup rumit ini.

Apa sebenarnya yang diinginkan Jamal dengan mengikuti kuis ini?

1 comment: