Pada tahun kesebelas setelah kenabian, Rasulullah diperjalankan oleh Allah dalam peristiwa Isra’ dan Mi’raj. Dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsha di Jerusalem, Palestina. Dan dari Masjidil Aqsha beliau diperjalankan naik ke Sidratul Muntaha dan Mustawa di Langit Ketujuh. Menurut riwayat yang ada, beliau naik ke langit dengan mengendarai sejenis hewan kendaraan yang bernama Buraq. Di Masjidil Aqsha beliau juga sempat sholat bersama para nabi dan rasul, dengan beliau sebagai imamnya. Isra’ dan Mi’raj ini berlangsung dalam waktu kurang dari satu malam. Subhanallah!
Pada tahun ketiga belas setelah kenabian, Rasulullah berhijrah ke Madinah. Sampai dengan tahun kedua hijriyah, Rasulullah dan para sahabat berkiblat ke Masjidil Aqsha ketika melakukan sholat. Baru setelah itu Allah kemudian memerintahkan Rasulullah dan umat Islam untuk mengalihkan kiblat ke Ka’bah di Mekah. Para ulama mengatakan bahwa penetapan Masjidil Aqsha sebagai kiblat pertama adalah untuk terlebih dulu menguatkan ikatan hati Rasulullah dan umat Islam dengan Masjidil Aqsha, dan menyambungkan ikatan tauhid antara Rasulullah dan para nabi sebelumnya seperti Musa, Zakaria, Yahya, dan Isa. Pesan yang ingin ditanamkan dalam-dalam adalah bahwa, agama yang dibawa oleh Rasulullah dan nabi-nabi yang lainnya tadi adalah satu dan sama, yaitu agama tauhid.
Pasca diaspora (terusir dan berpencarnya orang-orang Yahudi ke berbagai bagian bumi diluar Palestina), sebagian diantara orang-orang Yahudi ada yang melakukan imigrasi ke Jazirah Arab, termasuk ke Madinah. Sebagaimana kita tahu, di Madinah terdapat tiga kabilah Yahudi: Bani Nadhir, Bani Qainuqa’, dan Bani Quraizhah. Pada tahun 5 H, Yahudi Bani Quraizhah diusir dari Madinah karena melakukan pengkhianatan, setelah sebelumnya dua kabilah Yahudi yang lainnya juga telah diusir dengan sebab yang sama. Dan pada tahun 7 H, terjadi Perang Khaibar antara kaum muslimin dan kekuatan Yahudi terakhir yang masih tersisa di Jazirah Arab. Kaum muslimin menang, dan dengan demikian berakhirlah kekuatan Yahudi di Jazirah Arab.
Pada tahun 8 H, terjadi Perang Mu’tah. Dan setahun kemudian terjadi Perang Tabuk. Kita bisa melihat bahwa dalam kedua peperangan tersebut, pasukan kaum muslimin diarahkan oleh Rasulullah ke arah utara, ke arah Masjidil Aqsha. Ini bisa dipahami sebagai isyarat bahwa Rasulullah memiliki visi untuk membebaskan Masjidil Aqsha, yang ketika itu masih dikuasai oleh Romawi.
Dan isyarat tersebut ditangkap dengan baik oleh para sahabat penerus Rasulullah. Sepeninggal Rasulullah, tepatnya pada tahun 11 H, Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq memerintahkan pasukan kaum muslimin dibawah pimpinan Usamah bin Zaid bergerak ke bagian selatan Palestina.
Dan setahun kemudian (12 H), pasukan kaum muslimin melanjutkan misi ini. Sebagian pasukan kaum muslimin dibawah komando Yazid bin Abi Sufyan bergerak ke bagian timur Jordan. Sebagian pasukan lainnya dibawah komando Syarhabil bin Hasanah bergerak ke Bashra. Sebagian lainnya dibawah komando Abu Ubaidah bin Al-Jarrah bergerak ke Al-Jabiyah. Dan sebagian yang lainnya lagi dibawah komando Amr bin Ash bergerak ke bagian selatan Palestina.
Tahun depannya (13 H), pasukan kaum muslimin dibawah komando Khalid bin Walid bergerak menyusul keempat pasukan yang sebelumnya telah bergerak. Pasukan Khalid ini kemudian bertempur dalam Perang Ajnadin, dan menang. Allahu akbar!
Setelah Umar bin Al-Khattab memegang tampuk kekhalifahan (13 H), peperangan semakin banyak berkecamuk. Masih pada tahun 13 H, pasukan kaum muslimin yang berada dibawah komando Abu Ubaidah bertempur dalam Perang Fahl Beisan, dan menang.
Pada tahun 15 H, pasukan kaum muslimin yang berada dibawah komando Abu Ubaidah dan Khalid bin Walid bertempur dalam Perang Yarmuk yang sangat terkenal itu, dan menang. Kemenangan dalam perang ini menjadikan Jerusalem dikuasai oleh kaum muslimin. Dan karena itu, pada tahun ini pula ditandatangani Perjanjian Umar (Al-’Uhadah Al-’Umariyah) yang mengatur segala sesuatu mengenai Jerusalem sesudah dikuasai oleh kaum muslimin. Dalam perjanjian ini, hak-hak penduduk asli yang notabene Kristen benar-benar dijamin dan dihormati. Mereka bebas dan leluasa untuk beribadah sesuai dengan keyakinan agama mereka. Dan tempat-tempat ibadah mereka sepenuhnya dijaga keberadaannya oleh kaum muslimin.
Pada tahun 16 H, Umar bin Al-Khattab berangkat menuju Jerusalem untuk menerima kunci Baitul Maqdis. Sebagai tercatat dalam sejarah, beliau datang ke Jerusalem dengan pakaian yang sederhana dan penuh ketawadhuan, sampai-sampai orang-orang yang belum mengenalnya tidak menyadari kedatangannya ke Jerusalem.
Pada tahun 19 H, Muawiyah membebaskan propinsi Qaysariyah dan Asqalan di Palestina, dan kemudian membebaskan seluruh jengkal Palestina, sehingga Palestina seluruhnya berubah menjadi wilayah kaum muslimin.
Tahun 18 H adalah awal kekhalifahan Bani Umayah di Palestina. Salah seorang khalifah Bani Umayah yang bernama Abdul Malik bin Marwan membangun kembali Masjidil Aqsha pada tahun 65 H.
Tahun 132 H adalah awal kekhalifahan Bani Abbasiyah di Palestina. Kemudian sesudah hegemoni kekuasaan Bani Abbasiyah melemah, Palestina secara silih berganti dikuasai oleh dinasti kaum muslimin yang berbeda-beda: Dinasti Thuluniyah semenjak 264 H, Dinasti Qaramithah semenjak 292 H, Dinasti Ikhsyidiyah semenjak 323 H, Dinasti Fathimiyah semenjak 359 H, dan Dinasti Seljuk Turki semenjak 464 H.
Pada tahun 488 H / 1095 M, Paus Urbanus II dalam sebuah pidatonya di Clermont, Perancis, mengorbarkan ‘Perang Suci’ terhadap kaum muslimin. Maka pada tahun 490 H / 1096 M, Pasukan Salib yang disebut sebagai Pasukan Para Bangsawan (Hamlat al-Umara’) diberangkatkan. Pasukan ini terdiri dari tiga kelompok. Kelompok pertama dipimpin oleh Raja Godfrey dan saudaranya Baldwin. Kelompok kedua dipimpin oleh Bohemond. Dan kelompok ketiga dipimpin oleh Raymond.
Kelompok yang dipimpin oleh Raymond bertugas untuk melakukan penyerangan ke Jerusalem. Dan pada tahun 492 H / 1099 M, Pasukan Salib yang dipimpin oleh Raymond berhasil merampas Jerusalem. Hanya dalam waktu 2 hari, pasukan ini membantai lebih dari 40.000 penduduk Jerusalem tanpa pandang bulu.
Pada tahun 507 H / 1114 M, kaum muslimin dibawah komando Modo melakukan penyerangan terhadap Pasukan Salib. Namun sayang, Modo justru tewas dibunuh oleh Kaum Bathiniyun. Berikutnya terjadi pula beberapa penyerangan kaum muslimin terhadap Pasukan Salib. El Ghozi pada tahun 512 H / 1118 M. Kemudian Aksankir pada tahun 518 H / 1125 M.
Babak baru perlawanan terhadap Pasukan Salib dilakukan oleh Imadudin Zanki. Namun sayang, pada tahun 541 H / 1146 M, ia tewas dibunuh oleh Kaum Bathiniyun.
Perjuangan Imadudin Zanki dilanjutkan oleh Nurudin. Pada tahun 569 H / 1173 M, Nurudin telah menyiapkan mimbar untuk Masjidil Aqsha, yang merupakan isyarat bahwa ia bertekad untuk mengusir Pasukan Salib dari Jerusalem. Namun belum sampai tekad tersembut kesampaian, ia wafat pada tahun 570 H / 1174 M.
Puncak usaha merebut kembali Jerusalem terjadi pada Perang Hittin pada tahun 583 H / 1187 M, yang dipimpin oleh Shalahudin Al-Ayubi, dan kaum muslimin memperoleh kemenangan. Dengan kemenangan ini, Jerusalem kembali berada dalam pangkuan umat Islam.
Namun pada tahun 585 H / 1189 M, Kepausan Roma kembali menyerukan Perang Salib untuk merebut kembali Jerusalem. Maka bergeraklah Pasukan Salib dibawah pimpinan Frederik (Jerman), Richard Si Hati Singa (Britania), dan Phillips (Perancis). Pada tahun 587 H / 1191 M, pasukan ini berhasil menaklukkan Akka. Untuk meredam pergerakan Pasukan Salib, tahun berikutnya Shalahudin menyepakati gencatan senjata selama tiga tahun tiga bulan. Hanya saja setahun kemudian (589 H / 1193 M), Shalahudin wafat.
Sepeninggal Shalahudin, Dinasti Ayubiyah terpecah. Konsekuensinya, kekuatan kaum muslimin pun melemah.
Pada tahun 601 H / 1204 M, Perang Salib IV pecah. Kemudian pada tahun 615 H / 1218 M, Perang Salib V. Dan pada tahun 625 H / 1228 M, Perang Salib VI.
Pada tahun 626 H / 1229 M, Al-Kamil, Gubernur Mesir, menandatangani Perjanjian Yafa yang menjijikkan, yang isinya menyerahkan Jerusalem (kecuali Masjidil Aqsha saja) dan beberapa kota penting Palestina lainnya kepada Pasukan Salib. Dan yang lebih parah, peristiwa serupa ini terjadi lagi pada tahun 638 H / 1240 M, ketika Ash-Shalih Ismail, Gubernur Damaskus, ‘menyerahkan’ Jerusalem untuk yang kedua kalinya kepada Pasukan Salib.
Beruntung, pada tahun 642 H / 1244 M, Dinasti Khawarizmiyun berhasil merebut kembali Jerusalem. Dan pada tahun 647 H / 1249 M, Pasukan Salib VII berusaha untuk merebut Jerusalem namun gagal.
Pada tahun 658 H / 1260 M, Pasukan Tartar berhasil merebut Palestina. Namun alhamdulillah, pada tahun yang sama, kaum muslimin berhasil merebut kembali Palestina dari Pasukan Tartar, dalam peperangan yang sangat terkenal: Perang Ain Jalut, yang dipimpin oleh Qutuz.
Pada tahun 1516 M, Dinasti Utsmaniyah berhasil menguasai Palestina. Dan Sultan Selim I mengeluarkan undang-undang yang melarang orang-orang Yahudi melakukan imigrasi ke Sinai dan Palestina.
http://filestin.wordpress.com
No comments:
Post a Comment