Standar Kompotensi :
Menganalisa perjalanan bangsa Indonesia pada masa negara-negara tradisional
Kompotensi Dasar :
Menganalisis pengaruh perkembangan agama dan kebudayaan Hindu-Budha terhadap
masyarakat di berbagai daerah di Indonesia
masyarakat di berbagai daerah di Indonesia
Setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan dapat :
1. Menjelaskan proses masuknya agama Hindu-Budha ke Indonesia
2. Menguraikan wujud akulturasi kebudayaan Hindu – Budha dengan kebudayaan Indonesia.
1. Menjelaskan proses masuknya agama Hindu-Budha ke Indonesia
2. Menguraikan wujud akulturasi kebudayaan Hindu – Budha dengan kebudayaan Indonesia.
A. Teori Tentang Masuk dan Menyebarnya Hindu-Budha ke Kepulauan Indonesia
1. Teori BRAHMANA (J.C VAN LEUR)Teori ini menyatakan bahwa yang berperan dalam proses masuknya kebudayaan Hindu Budha ke Indonesia adalah Kaum Brahmana dengan alasan para Brahmana datang ke Indonesia atas undangan para bangsa India yang ada di Indonesia untukmenyebarkan dan mengajarkan agama Hindu karena hanya kaum Brahmana yang dapat membaca kitab weda dan berwewenang tinggi untuk menyebarkan agama Hindu.
2. Teori KSATRIA (F.D.K. BOSCH)Teori ini beranggapan bahwa, di Indonesia telah terjadi kolonisasi oleh orang India yang kemudian daerah koloni tersebut menjadi pusat penyebaran budaya India sehingga timbul gambaran bahwa orang-orang Indialah sebagai golongan penguasa Indonesia dengan demikian yang berperan dalam proses masuknya kebudayaan HINDU-BUDHA adalah golongan prajurit atau kaum ksatria.
3. Teori WAISYA (N.J.KROM)Teori ini menyatakan bahwa kaum pedagang dari India yang tergolong dalam kasta Waisya selain berdagang juga membawa adat kebiasaan misalnya upacara keagamaan. Pada umumnya mereka tinggal menetap di Nusantara dan selain itu kemungkinan juga terjadi adanya perkawinan antara para pedagang dengan wanita Indonesia, hal ini dianggap sebagai saluran penyebaran pengaruh yang penting dalam teori ini.
1. Teori BRAHMANA (J.C VAN LEUR)Teori ini menyatakan bahwa yang berperan dalam proses masuknya kebudayaan Hindu Budha ke Indonesia adalah Kaum Brahmana dengan alasan para Brahmana datang ke Indonesia atas undangan para bangsa India yang ada di Indonesia untukmenyebarkan dan mengajarkan agama Hindu karena hanya kaum Brahmana yang dapat membaca kitab weda dan berwewenang tinggi untuk menyebarkan agama Hindu.
2. Teori KSATRIA (F.D.K. BOSCH)Teori ini beranggapan bahwa, di Indonesia telah terjadi kolonisasi oleh orang India yang kemudian daerah koloni tersebut menjadi pusat penyebaran budaya India sehingga timbul gambaran bahwa orang-orang Indialah sebagai golongan penguasa Indonesia dengan demikian yang berperan dalam proses masuknya kebudayaan HINDU-BUDHA adalah golongan prajurit atau kaum ksatria.
3. Teori WAISYA (N.J.KROM)Teori ini menyatakan bahwa kaum pedagang dari India yang tergolong dalam kasta Waisya selain berdagang juga membawa adat kebiasaan misalnya upacara keagamaan. Pada umumnya mereka tinggal menetap di Nusantara dan selain itu kemungkinan juga terjadi adanya perkawinan antara para pedagang dengan wanita Indonesia, hal ini dianggap sebagai saluran penyebaran pengaruh yang penting dalam teori ini.
4.Teori SUDRAMenyatakan bahwa agama Hindu-Budha masuk ke Indonesia melalui Kasta Sudra. Mereka datang ke Indonesia ingin merubah hidupnya karena mereka di India hanya dijadikan sebagai budak.
5. Teori ARUS BALIKMenyatakan bahwa orang Indonesia pergi ke India untuk belajar agama Hindu dan kemudian kembali lagi ke Indonsia untuk menyebarkan agama tersebut.
6. Teori GABUNGAN
Para kaum Brahmana, ksatria, Waisya, dan Sudra berkumpul dalam satu kapal untuk mencari daerah koloni yang dijadikan kekuasaan dan menyebarkan agama Hindu.
5. Teori ARUS BALIKMenyatakan bahwa orang Indonesia pergi ke India untuk belajar agama Hindu dan kemudian kembali lagi ke Indonsia untuk menyebarkan agama tersebut.
6. Teori GABUNGAN
Para kaum Brahmana, ksatria, Waisya, dan Sudra berkumpul dalam satu kapal untuk mencari daerah koloni yang dijadikan kekuasaan dan menyebarkan agama Hindu.
B. Interaksi Masyarakat Di Berbagai Daerah Dengan Tradisi Hindu-Budha.
Secara geografis Indonesia terletak dilintas jalur perdagangan internasional melalui jalur laut yaitu India-Indonesia-Cina dan seterusnya karena adanya hubungan dagang antara Indonesia dan India mengakibatkan masuknya pengaruh budaya India ke Indonesia, baik pengaruh Hindu maupun Budha. Oleh karena itu pusat-pusat peradaban Hindu-Budha banyak ditemukan di wilayah Indonesia yang menjadi bagian dari jalur perdagangan kuno antara Cina dan India.
Pada awalnya jalur perdagangan antara India dan Cina melewati Selat Malaka namun ada juga di antara mereka yang menyusuri sepanjang pantai Pulau Sumatra, Pantai Utara Jawa, pantai Timur Kalimantan dan terus ke Cina. Kawasan yang dilalui jalur perdagangan internasional seperti Sumatera, Jawa, Bali dan sebagian Kalimantan mempunyai kegiatan perdagangan yang ramai sehingga mengakibatkan kebudayaan Hindu-Budha yang tumbuh dengan subur kawasan tersebut.
Agama Budha diperkirakan masuk ke Indonesia sejak abad kedua masehi dengan bukti ditemukannya patung dari perunggu di daerah Simpang Sulawesi Selatan, di Jember Jawa Timur dan di Bukit Siguntang Sumatera Selatan. Ajaran agama Budha yag masuk ke Indonesia adalah aliran Mahayana yang berkembang pada masa Kerajaan Sriwijaya dan Mataram pada masa Dinasti Syailendra akan tetapi dalam perkembangannya terjadi percampuran antara agama Hindu dan Budha, khususnya di Jawa Timur tetapi ada pendapat yang mengatakan bahwa unsur budaya lama masih dominan dalam semua lapisan masyarakat.
Secara geografis Indonesia terletak dilintas jalur perdagangan internasional melalui jalur laut yaitu India-Indonesia-Cina dan seterusnya karena adanya hubungan dagang antara Indonesia dan India mengakibatkan masuknya pengaruh budaya India ke Indonesia, baik pengaruh Hindu maupun Budha. Oleh karena itu pusat-pusat peradaban Hindu-Budha banyak ditemukan di wilayah Indonesia yang menjadi bagian dari jalur perdagangan kuno antara Cina dan India.
Pada awalnya jalur perdagangan antara India dan Cina melewati Selat Malaka namun ada juga di antara mereka yang menyusuri sepanjang pantai Pulau Sumatra, Pantai Utara Jawa, pantai Timur Kalimantan dan terus ke Cina. Kawasan yang dilalui jalur perdagangan internasional seperti Sumatera, Jawa, Bali dan sebagian Kalimantan mempunyai kegiatan perdagangan yang ramai sehingga mengakibatkan kebudayaan Hindu-Budha yang tumbuh dengan subur kawasan tersebut.
Agama Budha diperkirakan masuk ke Indonesia sejak abad kedua masehi dengan bukti ditemukannya patung dari perunggu di daerah Simpang Sulawesi Selatan, di Jember Jawa Timur dan di Bukit Siguntang Sumatera Selatan. Ajaran agama Budha yag masuk ke Indonesia adalah aliran Mahayana yang berkembang pada masa Kerajaan Sriwijaya dan Mataram pada masa Dinasti Syailendra akan tetapi dalam perkembangannya terjadi percampuran antara agama Hindu dan Budha, khususnya di Jawa Timur tetapi ada pendapat yang mengatakan bahwa unsur budaya lama masih dominan dalam semua lapisan masyarakat.
C.Perkembangan Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia.
1. Kerajaan Kutai
Kerajaa ini merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia yang terletak di Muarakaman, tepi sungai Mahakam, Kalimantan Timur.
Sumber-sumber sejarah
a) Berita Cina dari Dinasti Tang (618-908 M)
b) Arca Budha berlanggam seni arca Gandhara di Kota Bangun (Kutai)
c) Arca kehidupan, seperti arca Ganesha di Serawak
1. Kerajaan Kutai
Kerajaa ini merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia yang terletak di Muarakaman, tepi sungai Mahakam, Kalimantan Timur.
Sumber-sumber sejarah
a) Berita Cina dari Dinasti Tang (618-908 M)
b) Arca Budha berlanggam seni arca Gandhara di Kota Bangun (Kutai)
c) Arca kehidupan, seperti arca Ganesha di Serawak
Arca Ganesha
d) Prasasti-prasasti
Tujuh buah prasasti yang disebut dengan Yupa yang berbentuk tiang yang dipergunakan untuk mengikat hewan korban yang diparsembahkan oleh rakyat Kutai kepada para dewa yang dipujanya. Prasasti ini menggunakan huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta. Isi prasasti tersebut antara lain adalah silsilah raja yang mengatakan bahwa Maharaja Kudungga mempunyai seorang putra bernama Aswawarman yang disamakan dengan Dewa Ansuma (Dewa Matahari). Aswawarman mempunyai tiga putra, salah seorang yang terkemuka adalah Mulawarman.
Yupa
PolitikRaja pertama Kerajaan Kutai adalah Raja Kudungga. Dengan masuknya pengaruh Hindu di wilayahnya, Kudungga kemudian mengubah struktur pemerintahannya menjadi pemerintahan kerajaan dan di perintah oleh seorang raja.
PolitikRaja pertama Kerajaan Kutai adalah Raja Kudungga. Dengan masuknya pengaruh Hindu di wilayahnya, Kudungga kemudian mengubah struktur pemerintahannya menjadi pemerintahan kerajaan dan di perintah oleh seorang raja.
Setelah Raja Kudungga mangkat, pemerintahan digantikan oleh putranya yang bernama Aswawarman. Kerajaan Kutai mengalami masa Kejayaan pada saat pemerintahan berada pada tangan Raja Mulawarman yang tak lain adalah putra dari Raja Aswawarwan. Raja Mulawarman adalah raja yang bijaksana, kuat, dan berkuasa. Selain itu dia juga dapat menjalin hubungan yang baik dengan kaumBrahmana, dengan bukti Raja Mulawarman yang memberikan sedekah 20.000 ekor sapi kepada para Brahmana.
SosialBerdasarkan prasasti Yupa di Kutai telah berkembang masyarakat yang memiliki kebudayaan hasil perpaduan antara unsur budaya India dan budaya lokal. Hal ini dapat dilihat dari golongan masyarakat yang menguasai bahasa Sanskerta dan dapat menulis huruf Pallawa, yaitu golongan Brahmana.
Golongan lainnya adalah golongan Ksatria yang terdiri dari kerabat Raja Mulawarma. Selain ke dua golongan tersebut terdapat juga golongan lain yang pada umumnya adalah rakyat Kutai purba yang masih memegang teguh agama asli leluhur mereka.
Agama yang dianut oleh Raja Mulawarman adalah agama Hindu aliran Syiwa, yang dapat diketahui dari salah satu prasasti Yupa yang menyebutkan tempat dalam tanah yang sangat suci yang di beri nama Waprakeswara (tempat suci untuk memuja Dewa Syiwa). Tempat ini selalu berhubungan dengan tiga dewa utama yaitu Brahmana, Wisnu, dan Siwa.
EkonomiKehidupan ekonomi Kerajaan Kutai diperkirakan sudah maju. Dengan bukti adanya kesanggupan pihak kerajaan memberikan sedekah berupa 20.000 ekor sapi kepada para Brahmana. Hal itu dapat juga menunjukkan bahwa mata pencaharian sebagian masyarakat Kutai adalah berternak, serta mengingat letak Kutai yang berada ditepi sungai Mahakam yang subur, masyarakat juga mempunyai kegiatan perdagangan dan pertanian.
SosialBerdasarkan prasasti Yupa di Kutai telah berkembang masyarakat yang memiliki kebudayaan hasil perpaduan antara unsur budaya India dan budaya lokal. Hal ini dapat dilihat dari golongan masyarakat yang menguasai bahasa Sanskerta dan dapat menulis huruf Pallawa, yaitu golongan Brahmana.
Golongan lainnya adalah golongan Ksatria yang terdiri dari kerabat Raja Mulawarma. Selain ke dua golongan tersebut terdapat juga golongan lain yang pada umumnya adalah rakyat Kutai purba yang masih memegang teguh agama asli leluhur mereka.
Agama yang dianut oleh Raja Mulawarman adalah agama Hindu aliran Syiwa, yang dapat diketahui dari salah satu prasasti Yupa yang menyebutkan tempat dalam tanah yang sangat suci yang di beri nama Waprakeswara (tempat suci untuk memuja Dewa Syiwa). Tempat ini selalu berhubungan dengan tiga dewa utama yaitu Brahmana, Wisnu, dan Siwa.
EkonomiKehidupan ekonomi Kerajaan Kutai diperkirakan sudah maju. Dengan bukti adanya kesanggupan pihak kerajaan memberikan sedekah berupa 20.000 ekor sapi kepada para Brahmana. Hal itu dapat juga menunjukkan bahwa mata pencaharian sebagian masyarakat Kutai adalah berternak, serta mengingat letak Kutai yang berada ditepi sungai Mahakam yang subur, masyarakat juga mempunyai kegiatan perdagangan dan pertanian.
2. Kerajaan Tarumanegara
Keajaan Hindu tertua kedua adalah Kerajaan Tarumanegara yang terletak di lembah sungai Citarum, Jawa Barat.
Sumber-sumber sejarah
1. Prasasti-prasasti Tarumanegara
Prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara ditulis dengan menggunakan huruf pallawa dan berbahasa sanskerta, yaitu :
Prasasti Ciaruteun (Citarum)Ditemukan di tepi sungai Ciaruteun, Bogor. Pada prasasti ini hurufnya terdiri dari empat baris berbentuk puisi India dan juga terdapat lukisan laba-laba dan tapak kaki. Sebagian besar masyarakat meyakini bahwa tapak itu sebagai tapak kaki Raja Purnawarman yang merupakan penjelmaan kaki Dewa Wisnu.
Prasasti Kebun Kopi
Ditemukan di daerah perkebunan kopi, Kampung Muara Hilir, Cibungbulang, Bogor. Pada prasasti ini terdapat tapak kaki gajah yang disamakan dengan tapak kaki Gajah Airwata yang merupakan kendaraan Dewa Wisnu
Prasasti Jambu (Koleangkak)
Ditemukan di bukit Koleangkak di daerah perkebunan jambu, sebelah barat Bogor.
Prasasti Tugu
Prasasti Tugu ditemukan di desa Tugu, Cilincing, Jakarta. Prasasti ini merupakan prasasti terpanjang dari semua peninggalan prasasti Purnawarman. Prasasti Tugu
Prasasti Cidanghiang,
Ditemukan di tepi sungai Cidanghiang, Kecamatan Munjul, Banten Selatan. Isi prasasti ini menyebutkan bahwa Raja Purnawarman adalah seorang raja yang agung, pemberani, dan perwira
Prasasti Pasir Awi,
Ditemukan di Pasir Awi, Bogor. Yang memuat tapak kaki namun prasasti ini belum bisa dibaca.
Prasasti Muara Cianten,
Ditemukan di Muara Cianten, Bogor, namun prasasti mengunakan huruf ikal yang belum bisa di baca.
Keajaan Hindu tertua kedua adalah Kerajaan Tarumanegara yang terletak di lembah sungai Citarum, Jawa Barat.
Sumber-sumber sejarah
1. Prasasti-prasasti Tarumanegara
Prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara ditulis dengan menggunakan huruf pallawa dan berbahasa sanskerta, yaitu :
Prasasti Ciaruteun (Citarum)Ditemukan di tepi sungai Ciaruteun, Bogor. Pada prasasti ini hurufnya terdiri dari empat baris berbentuk puisi India dan juga terdapat lukisan laba-laba dan tapak kaki. Sebagian besar masyarakat meyakini bahwa tapak itu sebagai tapak kaki Raja Purnawarman yang merupakan penjelmaan kaki Dewa Wisnu.
Prasasti Kebun Kopi
Ditemukan di daerah perkebunan kopi, Kampung Muara Hilir, Cibungbulang, Bogor. Pada prasasti ini terdapat tapak kaki gajah yang disamakan dengan tapak kaki Gajah Airwata yang merupakan kendaraan Dewa Wisnu
Prasasti Jambu (Koleangkak)
Ditemukan di bukit Koleangkak di daerah perkebunan jambu, sebelah barat Bogor.
Prasasti Tugu
Prasasti Tugu ditemukan di desa Tugu, Cilincing, Jakarta. Prasasti ini merupakan prasasti terpanjang dari semua peninggalan prasasti Purnawarman. Prasasti Tugu
Prasasti Cidanghiang,
Ditemukan di tepi sungai Cidanghiang, Kecamatan Munjul, Banten Selatan. Isi prasasti ini menyebutkan bahwa Raja Purnawarman adalah seorang raja yang agung, pemberani, dan perwira
Prasasti Pasir Awi,
Ditemukan di Pasir Awi, Bogor. Yang memuat tapak kaki namun prasasti ini belum bisa dibaca.
Prasasti Muara Cianten,
Ditemukan di Muara Cianten, Bogor, namun prasasti mengunakan huruf ikal yang belum bisa di baca.
2. Arca-arca peninggalan Kerajaan Tarumanegara
Arca yang ditemukan diantaranya adalah Arca Rajasi, yang berasal dari Jakarta, dua buah patung Wisnu dan Cibuana.
3. Berita Cina
Antara lain adalah Catatan I-tsing (abad ke-7 M), berita dari Dinasti Soul, berita dari Dinasti Tang, dan berita dari Fa-hsien.
PolitikKerajaan Tarumanegara telah menjalin hubungan baik dengan negara-negara lain hal ini dapat dilihat dari berita cina yang menyebutkan bahwa Kerajaan Tarumanegara telah mengirimkan utusan ke negeri Cina. Kemajuan India di bidang pemikiran agama menyebabkan unsur-unsur budaya India di ambil aliholeh Kerajaan Tarumanegara, namun tindakan ini berhasil karena masyarakat Tarumanegara mempunyai potensi yang sepadan dengan budaya India.
Sosial
Raja yang pernah memerintah di Kerajaan Tarumanegara adalah Raja Purnawarman, dia adalah raja besar yang telah memerintah dan meningkatkan kehidupan rakyatnya Hal itu dapat dilihat dari prasasti Tugu yang menyebutkan bahwa Raja Purnawarman telah memerintah penggalian Sungai Gomatti untuk mencegah terjadinya banjir dan pemberian sedekah berupa 1000 ekor sapi kepada para Brahmana.
Berdasarkan isi dari beberapa prasasti diperoleh gambaran bahwa Raja Purnawarman menganut agama Hindu aliran Wisnu, namun rakyat Tarumanegara masih sedikit yang memeluk agama Hindu-Budha karena menurut kesaksian Fa-Hsien rakyat Tarumanegara menganut agama Budha serta kepercayaan Animisme dan Dinamisme.
EkonomiDilihat dari beberapa sumber-sumber prasasti dan berita asing terlihat bahwa mata pencaharian penduduk Tarumanegara adalah beternak, berdagang, berburu, dan berlayar. Berdasarkan prasasti Tugu dapat di perkirakan bahwa mata pencaharian masyarakat Tarumanegara adalah bertani, karena dalam prasasti disebutkan tentang adanya usaha untuk menggali sungai Gomatti dengan tujuan untuk menanggulangi banjir dan mengairi sawah-sawah disekitarnya.
3. Kerajaan Kalingga
Kerajaan Kalingga atau Kerajaan Holing terletak di Salatiga, Jawa Tengah. Kerajaan Kalingga diperkirakan berkembang sekitar abad ke-7 sampai abad ke-9 M.
Sumber-sumber sejarah
a. Berita Cina dari Dinasti Tang yang menyebutkan adanya Kerajaan Kalingga yang berlokasi di Cho-po (Jawa).
b. Berita dari I-Tsing, seorang pendeta Budha dari Cina.
c. Prasasti Tuk Mas yang ditemukan di Desa Tuk Mas, dilereng Gunung Merbabu.
Politik
Berdasarkan berita dari Cina dapat diketahui bahwa Kerajaan Kalingga diperintah oleh seorang raja perempuan bernama Ratu Sima pemerintahannya sangat keras namun adil dan bijaksana sehingga pada saat pemerintahannya Kerajaan Kalingga mengalami kemajuan yang pesat.
Arca yang ditemukan diantaranya adalah Arca Rajasi, yang berasal dari Jakarta, dua buah patung Wisnu dan Cibuana.
3. Berita Cina
Antara lain adalah Catatan I-tsing (abad ke-7 M), berita dari Dinasti Soul, berita dari Dinasti Tang, dan berita dari Fa-hsien.
PolitikKerajaan Tarumanegara telah menjalin hubungan baik dengan negara-negara lain hal ini dapat dilihat dari berita cina yang menyebutkan bahwa Kerajaan Tarumanegara telah mengirimkan utusan ke negeri Cina. Kemajuan India di bidang pemikiran agama menyebabkan unsur-unsur budaya India di ambil aliholeh Kerajaan Tarumanegara, namun tindakan ini berhasil karena masyarakat Tarumanegara mempunyai potensi yang sepadan dengan budaya India.
Sosial
Raja yang pernah memerintah di Kerajaan Tarumanegara adalah Raja Purnawarman, dia adalah raja besar yang telah memerintah dan meningkatkan kehidupan rakyatnya Hal itu dapat dilihat dari prasasti Tugu yang menyebutkan bahwa Raja Purnawarman telah memerintah penggalian Sungai Gomatti untuk mencegah terjadinya banjir dan pemberian sedekah berupa 1000 ekor sapi kepada para Brahmana.
Berdasarkan isi dari beberapa prasasti diperoleh gambaran bahwa Raja Purnawarman menganut agama Hindu aliran Wisnu, namun rakyat Tarumanegara masih sedikit yang memeluk agama Hindu-Budha karena menurut kesaksian Fa-Hsien rakyat Tarumanegara menganut agama Budha serta kepercayaan Animisme dan Dinamisme.
EkonomiDilihat dari beberapa sumber-sumber prasasti dan berita asing terlihat bahwa mata pencaharian penduduk Tarumanegara adalah beternak, berdagang, berburu, dan berlayar. Berdasarkan prasasti Tugu dapat di perkirakan bahwa mata pencaharian masyarakat Tarumanegara adalah bertani, karena dalam prasasti disebutkan tentang adanya usaha untuk menggali sungai Gomatti dengan tujuan untuk menanggulangi banjir dan mengairi sawah-sawah disekitarnya.
3. Kerajaan Kalingga
Kerajaan Kalingga atau Kerajaan Holing terletak di Salatiga, Jawa Tengah. Kerajaan Kalingga diperkirakan berkembang sekitar abad ke-7 sampai abad ke-9 M.
Sumber-sumber sejarah
a. Berita Cina dari Dinasti Tang yang menyebutkan adanya Kerajaan Kalingga yang berlokasi di Cho-po (Jawa).
b. Berita dari I-Tsing, seorang pendeta Budha dari Cina.
c. Prasasti Tuk Mas yang ditemukan di Desa Tuk Mas, dilereng Gunung Merbabu.
Politik
Berdasarkan berita dari Cina dapat diketahui bahwa Kerajaan Kalingga diperintah oleh seorang raja perempuan bernama Ratu Sima pemerintahannya sangat keras namun adil dan bijaksana sehingga pada saat pemerintahannya Kerajaan Kalingga mengalami kemajuan yang pesat.
SosialPada masa kerajaan Kalingga pembangunan sudah mulai digalakkan misalnya saja pembangunan benteng-benteng kayu dan rumah-rumah yang beratap daun kelapa. Karena pemerintahan Ratu Sima yang yang adil dan bijaksana maka masyarakat Kalinggapun dapat tertata rapi.
Melalui prasasti dan berita dari Cina dapat diketahui bahwa rakyat Kalingga banyak yang menganut agama Hindu dengan bukti adanya prasasti Tuk Mas yang melukiskan gambar Trisula, kapak, kendi, cakra yang melambangkan dewa agama Hindu.
EkonomiMasyarakat telah mengenal hubungan dagang dan telah terbentuk pasar. Di pasar itu mereka melakukan hubungan dagang yang teratur.
4. Kerajaan Mataram KunoKerajaan ini terletak di lereng gunung Wukir dekat Muntilan, Magelang Jawa Tengah.
Sumber-sumber Sejarah
a. Prasasti Canggal yang dibuat pada masa pemerintahan Raja Sanjaya yang berkaitan dengan pembuatan sebuah lingga (lambang dari Dewa Siwa)
b. Prasasti Balitung yang dikeluarkan oleh Raja Diah Balitung.
c. Kitab Cerita Parahyangan yang menceritakan tentang ikhwal raja-raja dari Dinasti Syailendra.
Politik
1. Raja Sanjaya
Prasasti Canggal menyebutkan tentang pendirian sebuah lingga di bukit Sthirangga, oleh Raja Sanjaya. Menurut prasasti ini Jawa Dwipa yang kaya akan padi dan emas mula-mula diperintah oleh Raja Sanna, setelah Raja Sanna meninggal ia digantikan oleh Sanjaya anak dari saudara perempuan Raja Sanna yang bernama Sannaha. Sanjaya berhasil menaklukkan daerah sekitar dan mampu mewujudkan kemakmuran bagi rakyatnya.
Melalui prasasti dan berita dari Cina dapat diketahui bahwa rakyat Kalingga banyak yang menganut agama Hindu dengan bukti adanya prasasti Tuk Mas yang melukiskan gambar Trisula, kapak, kendi, cakra yang melambangkan dewa agama Hindu.
EkonomiMasyarakat telah mengenal hubungan dagang dan telah terbentuk pasar. Di pasar itu mereka melakukan hubungan dagang yang teratur.
4. Kerajaan Mataram KunoKerajaan ini terletak di lereng gunung Wukir dekat Muntilan, Magelang Jawa Tengah.
Sumber-sumber Sejarah
a. Prasasti Canggal yang dibuat pada masa pemerintahan Raja Sanjaya yang berkaitan dengan pembuatan sebuah lingga (lambang dari Dewa Siwa)
b. Prasasti Balitung yang dikeluarkan oleh Raja Diah Balitung.
c. Kitab Cerita Parahyangan yang menceritakan tentang ikhwal raja-raja dari Dinasti Syailendra.
Politik
1. Raja Sanjaya
Prasasti Canggal menyebutkan tentang pendirian sebuah lingga di bukit Sthirangga, oleh Raja Sanjaya. Menurut prasasti ini Jawa Dwipa yang kaya akan padi dan emas mula-mula diperintah oleh Raja Sanna, setelah Raja Sanna meninggal ia digantikan oleh Sanjaya anak dari saudara perempuan Raja Sanna yang bernama Sannaha. Sanjaya berhasil menaklukkan daerah sekitar dan mampu mewujudkan kemakmuran bagi rakyatnya.
Pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran, diduga muncul Dinasti Syailendra yang beragama budha dan diperkirakan berhasil menggeser kedudukan Dinasti Sanjaya sehingga Dinasti Sanjaya mengalihkan pemerintahannya ke Jawa Tengah bagian Utara.
2. Dinasti Syailendra
Pada pertengahan abad ke-8, di Jawa Tengah terdapat beberapa prasasti yang berasal dari Dinasti Syailendra yang telah membuka tabir tentang asal usul Dinasti Syailendra. Prasasti ini menyebutkan tentang nama seorang pejabat tinggi yang bernama Dapunta Syailendra, sehingga dapat disimpulkan bahwa Dinasti Syailendra berasal dari Jawa Tengah.
Secara politis, Dinasti Syailendra tidak memberikan pengaruh yang besar bagi perkembangan sejarah, tetapi meninggalkan karya seni bangun yang banyak dan indah, misalnya : Candi Borobudur, Candi Kalasan, Candi Sewu, dan Candi Mendut.
Pada pertengahan abad ke-8, di Jawa Tengah terdapat beberapa prasasti yang berasal dari Dinasti Syailendra yang telah membuka tabir tentang asal usul Dinasti Syailendra. Prasasti ini menyebutkan tentang nama seorang pejabat tinggi yang bernama Dapunta Syailendra, sehingga dapat disimpulkan bahwa Dinasti Syailendra berasal dari Jawa Tengah.
Secara politis, Dinasti Syailendra tidak memberikan pengaruh yang besar bagi perkembangan sejarah, tetapi meninggalkan karya seni bangun yang banyak dan indah, misalnya : Candi Borobudur, Candi Kalasan, Candi Sewu, dan Candi Mendut.
candi Borobudur candi Kalasan candi Mendut
Dinasti Syailendra mengalami penyatuan dengan Dinasti Sanjaya karena adanya perkawinan politik antara Pramodhawardhani, anak dari Raja Samaratungga dari Dinasti Syailendra dengan Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya. Namun setelah Raja Samaratungga wafat terjadi perebutan kekuasaan antara Rakai Pikatan dengan Balaputradewa. Balaputradewa akhirnya terdesak dan pergi ke Sriwijaya dan menjadi raja di sana. Akhirnya pemerintahan
kembali ke tangan Dinasti Sanjaya.
Pernikahan antara Rakai Pikatan dengan Pramodhawardhani ternyata dapat menyatukan pemerintahan. Dipihak lain berkat kecakapan dan keuletan Rakai Pikatan kebudayaan Hindu dapat di hidupkan kembali. Rakai Pikatan wafat ketika pembangunan Candi Prambanan yang ia rencanakan belum terselesaikan. Diantara raja-raja yang memerintah di Jawa Tengah, Raja Balitunglah yang paling dikenal karena pada masa pemerintahannya keadaan di Jawa Tengah sangat aman dan tertib.
kembali ke tangan Dinasti Sanjaya.
Pernikahan antara Rakai Pikatan dengan Pramodhawardhani ternyata dapat menyatukan pemerintahan. Dipihak lain berkat kecakapan dan keuletan Rakai Pikatan kebudayaan Hindu dapat di hidupkan kembali. Rakai Pikatan wafat ketika pembangunan Candi Prambanan yang ia rencanakan belum terselesaikan. Diantara raja-raja yang memerintah di Jawa Tengah, Raja Balitunglah yang paling dikenal karena pada masa pemerintahannya keadaan di Jawa Tengah sangat aman dan tertib.
3. Pemindahan Kekuasaan ke Jawa Timur
Gejala untuk memindahkan pusat pemeintahan ke daerah Jawa Timur mulai tampak sejak Raja Tulodhong memerintah yakni pada tahun 919-927 M dengan berdasarkan pertimbangan ekonomi sebagai berikut :
a) Adanya sungai-sungai besar yang memudahkan bagi lalu lintas perdagangan.
b) Adanya dataran rendah yang luas sehingga memungkinkan untuk menanam padi secara besar-besaran.
c) Lokasi Jawa Timur berdekatan dengan jalur perdagangan utama waktu itu.
Sejak terjadi perpindahan pusat pemerintahan, Mataram diperintah oleh raja-raja keturunan Dinasti Isana. Pengganti Empu Sindok adalah putrinya yang bernama Sri Isanatunggawijaya yang kemudian menikah dengan Lokapala dan melahirkan Makutawangsawardhana yang kemudian menggantikan ibunya sebagi raja di Medang. Yang kemudian di gantikan oleh Dharmawangsa Teguh Ananta Wikramatunggadewa.
Berdasarkan berita dari Cina Raja Dharmawangsa melakukan serangan terhadap kerajaan Sriwijaya untuk menguasai jalur lalu lintas perdagangan antara Cina dan India di perairan Nusantara yang dikuasai oleh Sriwijaya.
Pada tahun 1016 Kerajaan Dharmawangsa diperkiraka mengalami keruntuhan akibat serangan Kerajaan Wurawari karena didukung oleh Kerajaan Sriwijaya sebagai wujud balas dendam terhadap Dharmawangsa.
Sosial
Sumber dari berbagai prasasti menyebutkan adanya stratifikasi atau pelapisan sosial berdasarkan pembagian kasta dan kedudukan seseorang di dalam masyarakat. Hubungan antara raja dan rakyat secara langsung sulit terlaksana, sedangkan hubungan antara raja dan para pejabat tinggi kerajan hanya terjadi secara formal. Jika diperhatikan nama-nama penduduk desa di dalam berbagai prasasti, tampak bahwa sebagian besar di antara mereka itu memakai nama Indonesia asli, hanya sebagian kecil saja penduduk desa memakai nama dari bahasa sanskerta, hal itu menunjukkan bahwa pengaruh budaya India tidak terbatas pada golongan elite di pusat dan daerah, tetapi ada juga penduduk desa yang dapat mengenyam pendidikan membaca kitab-kitab suci dan menulis.
Gejala untuk memindahkan pusat pemeintahan ke daerah Jawa Timur mulai tampak sejak Raja Tulodhong memerintah yakni pada tahun 919-927 M dengan berdasarkan pertimbangan ekonomi sebagai berikut :
a) Adanya sungai-sungai besar yang memudahkan bagi lalu lintas perdagangan.
b) Adanya dataran rendah yang luas sehingga memungkinkan untuk menanam padi secara besar-besaran.
c) Lokasi Jawa Timur berdekatan dengan jalur perdagangan utama waktu itu.
Sejak terjadi perpindahan pusat pemerintahan, Mataram diperintah oleh raja-raja keturunan Dinasti Isana. Pengganti Empu Sindok adalah putrinya yang bernama Sri Isanatunggawijaya yang kemudian menikah dengan Lokapala dan melahirkan Makutawangsawardhana yang kemudian menggantikan ibunya sebagi raja di Medang. Yang kemudian di gantikan oleh Dharmawangsa Teguh Ananta Wikramatunggadewa.
Berdasarkan berita dari Cina Raja Dharmawangsa melakukan serangan terhadap kerajaan Sriwijaya untuk menguasai jalur lalu lintas perdagangan antara Cina dan India di perairan Nusantara yang dikuasai oleh Sriwijaya.
Pada tahun 1016 Kerajaan Dharmawangsa diperkiraka mengalami keruntuhan akibat serangan Kerajaan Wurawari karena didukung oleh Kerajaan Sriwijaya sebagai wujud balas dendam terhadap Dharmawangsa.
Sosial
Sumber dari berbagai prasasti menyebutkan adanya stratifikasi atau pelapisan sosial berdasarkan pembagian kasta dan kedudukan seseorang di dalam masyarakat. Hubungan antara raja dan rakyat secara langsung sulit terlaksana, sedangkan hubungan antara raja dan para pejabat tinggi kerajan hanya terjadi secara formal. Jika diperhatikan nama-nama penduduk desa di dalam berbagai prasasti, tampak bahwa sebagian besar di antara mereka itu memakai nama Indonesia asli, hanya sebagian kecil saja penduduk desa memakai nama dari bahasa sanskerta, hal itu menunjukkan bahwa pengaruh budaya India tidak terbatas pada golongan elite di pusat dan daerah, tetapi ada juga penduduk desa yang dapat mengenyam pendidikan membaca kitab-kitab suci dan menulis.
EkonomiMasalah perekonomian mendapat perhatian besar pada zaman Balitung. Misalnya dalam Prasasti Purworejo menyebutkan tentang pendirian suatu pusat perdagangan. Raja Tulodhong juga sangat memperhatikan masalah ekonomi, buktinya dapat dilihat dari Prasasti Sukabumi yang menyebutkan tentang waduk untuk mengatur air sungai Harinjing. Waduk itu dibuat untuk kepentingan irigasi sawah dan mencegah terjadinya banjir.
5. Kerajaan Sriwijaya
Berdasarkan penemuan prasasti, letak Kerajaan Sriwijaya di tepi Sungai Musi, kota Palembang, Sumatera.
Sumber-sumber Sejarah
Prasasti Kedukan Bukit di tepi Sungai Tatang, Palembang.
Prasasti Talang Tuwo, ditemukan di desa Gandus, sebelah barat kota Palembang.
Prasasti Kota Kapur, ditemukan di Pulau Bangka.
Prasasti Telaga Batu berbentuk batu lempeng mendekati segi lima tidak berangka tahun.
Prasasti Karang Brahi, ditemukan didaerah Jambi.
Prasasti Ligor, ditemukan di Tanah Genting Kra daerah Ligor.
Berita dari Cina, India dan Arab serta benda purbakala.
Berdasarkan penemuan prasasti, letak Kerajaan Sriwijaya di tepi Sungai Musi, kota Palembang, Sumatera.
Sumber-sumber Sejarah
Prasasti Kedukan Bukit di tepi Sungai Tatang, Palembang.
Prasasti Talang Tuwo, ditemukan di desa Gandus, sebelah barat kota Palembang.
Prasasti Kota Kapur, ditemukan di Pulau Bangka.
Prasasti Telaga Batu berbentuk batu lempeng mendekati segi lima tidak berangka tahun.
Prasasti Karang Brahi, ditemukan didaerah Jambi.
Prasasti Ligor, ditemukan di Tanah Genting Kra daerah Ligor.
Berita dari Cina, India dan Arab serta benda purbakala.
Politik
Kerajaan Sriwijaya mencapai zaman keemasan pada abad ke-8 dan ke-9 ketika diperintah oleh Raja Balaputradewa.
1) Faktor-faktor pendorong perkembangan Kerajaan Sriwijaya
a) Keberhasilan Kerajaan Sriwijaya menguasai perairan yang strategis.
Kerajaan Sriwijaya mencapai zaman keemasan pada abad ke-8 dan ke-9 ketika diperintah oleh Raja Balaputradewa.
1) Faktor-faktor pendorong perkembangan Kerajaan Sriwijaya
a) Keberhasilan Kerajaan Sriwijaya menguasai perairan yang strategis.
b) Semakin pesatnya perkembangan perdagangan yang dilakkan India dan Cina melalui Selat Malaka membuat posisi Sriwijaya semakin penting
c) Keruntuhan Kerajaan Fu-Nan sehingga kerajaan Fu-Nan di Asia Tenggara digantikan oleh Sriwijaya.
2) Faktor-faktor penyebab kemunduran Kerajaan Sriwijaya
a) Adanya serangan dari Jawa atas pimpinan Dharmawangsa
b) Adanya serangan dari Kerajaan Chola
c) Mundurnya perekonomian dan perdagangan Sriwijaya karena bandarbandar penting melepaskan diri dari Sriwijaya
d) Adanya serangan dari Kerajaan Majapahit
e) Muncunya kerajaan Samudra Pasai yang mengambil alih pengaruh Sriwijaya.
SosialBerdasarkan berita dari Cina diperkirakan bahwa Kerajaan Sriwijaya telah dikenal sebagai pusat pendidikan agama Budha Mahayana. I-tsing menerangkan bahwa pendeta-pendeta Cina datang ke Sriwijaya untuk belajar bahasa Sanskerta dan menyalin kitab-kitab agama Budha. Tingginya kedudukan Sriwijaya sebagai pusat perkembangan agama Budha terlihat dari datangnya pendeta Tantris yang bernama Wajrabodhi.
Ekonomi
Ramainya kegatan perdagangan India dengan Cina melalui Selat Malaka sangat menguntungkan Sriwijaya. Para pedagang dari kedua bangsa tersebut singgah di pelabuhan milik Sriwijaya, selain membayar bea masuk mereka juga melakukan transaksi jual beli dengan pedagang Sriwijaya.
6. Kerajaan Kahuripan
Kerajaan ini terletak di Muara Sungai Brantas, Jawa Timur.
PolitikMenurut prasasti Calcuta, Airlangga adalah putra Udayana dengan putri Mahendradatta. Pada tahun 1016 Airlangga datang ke Jawa untuk melangsungkan perkawinannya dengan putri Dharmawangsa, namun pada saat itu Kerajaan Dharmawangsa diserang oleh Kerajaan Wurawari. Pada tahun 1041 Airlangga mengundurkan diri sebagai raja, kemudian atas saran Empu Bharada kerajaan dibagi menjadi dua yaitu Janggala dan Panjalu. Pada tahun 1049 Airlangga wafat dan di makamkan di Tirtha (Candi Belahan) yang diwujudkan dalam bentuk arca Wisnu yang sedang menaiki Garuda.
c) Keruntuhan Kerajaan Fu-Nan sehingga kerajaan Fu-Nan di Asia Tenggara digantikan oleh Sriwijaya.
2) Faktor-faktor penyebab kemunduran Kerajaan Sriwijaya
a) Adanya serangan dari Jawa atas pimpinan Dharmawangsa
b) Adanya serangan dari Kerajaan Chola
c) Mundurnya perekonomian dan perdagangan Sriwijaya karena bandarbandar penting melepaskan diri dari Sriwijaya
d) Adanya serangan dari Kerajaan Majapahit
e) Muncunya kerajaan Samudra Pasai yang mengambil alih pengaruh Sriwijaya.
SosialBerdasarkan berita dari Cina diperkirakan bahwa Kerajaan Sriwijaya telah dikenal sebagai pusat pendidikan agama Budha Mahayana. I-tsing menerangkan bahwa pendeta-pendeta Cina datang ke Sriwijaya untuk belajar bahasa Sanskerta dan menyalin kitab-kitab agama Budha. Tingginya kedudukan Sriwijaya sebagai pusat perkembangan agama Budha terlihat dari datangnya pendeta Tantris yang bernama Wajrabodhi.
Ekonomi
Ramainya kegatan perdagangan India dengan Cina melalui Selat Malaka sangat menguntungkan Sriwijaya. Para pedagang dari kedua bangsa tersebut singgah di pelabuhan milik Sriwijaya, selain membayar bea masuk mereka juga melakukan transaksi jual beli dengan pedagang Sriwijaya.
6. Kerajaan Kahuripan
Kerajaan ini terletak di Muara Sungai Brantas, Jawa Timur.
PolitikMenurut prasasti Calcuta, Airlangga adalah putra Udayana dengan putri Mahendradatta. Pada tahun 1016 Airlangga datang ke Jawa untuk melangsungkan perkawinannya dengan putri Dharmawangsa, namun pada saat itu Kerajaan Dharmawangsa diserang oleh Kerajaan Wurawari. Pada tahun 1041 Airlangga mengundurkan diri sebagai raja, kemudian atas saran Empu Bharada kerajaan dibagi menjadi dua yaitu Janggala dan Panjalu. Pada tahun 1049 Airlangga wafat dan di makamkan di Tirtha (Candi Belahan) yang diwujudkan dalam bentuk arca Wisnu yang sedang menaiki Garuda.
Sepeninggalnya Airlangga, terjadi perebutan kekuasaan antara kerajaan Jenggala dan Panjalu namun Raja Mapanji Alanjung Ahyes dari Panjalu berhasil menaklukkan Jenggala, namun pemerintahannya tidak lama karena muncul seorang raja lain, yaitu Samarotsaha. Setelah pemerintahannya kedua kerajaan itu tidak ada kabar beritanya dalam waktu lama. Setelah itu Kerajaan Kediri atau Panjalu muncul pada tahun 1116.
Ekonomi
Raja Airlangga sangat memperhatikan bidang pertanian. Dalam prasasti Kelagen disebutkan tentang pembuatan sebuah waduk atas perintah Airlangga di Wringin Sapta untuk mengatur aliran Sungai Brantas dan juga menyebutkan tentang kapal-kapal dagang yang dapat berlayar meyusuri sungai Brantas sampai di pelabuhan Hujung Galuh berkat adanya Waduk Wringin Sapta tersebut.
7. Kerajaan Kediri
Politik
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Kediri adalah sebagai berikut :
1. Raja Jayawarsa
2. Rakai Sirikan Sri Bameswara
3. Raja Jayabaya
4. Raja Sarweswara
5. Sri Aryyeswara
6. Sri Gandra
7. Kameswara
8. Kertajaya
Pada masa pemerintahan Kameswara, seni sastra berkembang pesat, hal ini dikarenakan :
Adanya pujangga-pujangga yang pandai
Adanya perlindungan terhadap para pujangga
Penghormatan kepada raja melalui hasil sastra
Adanya kebebasan berpikir dalam mengembangkan kesusastraan
Pengganti Kameswara adalah Raja Kertajaya yang kemudian dikalahkan oleh Ken Arok dari Singosari dalam perang di Pujon, Malang.
Ekonomi
Kediri merupakan negara yang agraris dan maritim. Masyarakat yang hidup di daerah pedalaman bermata pencaharian sebagai petani dengan hasil yang melimpah karena di dukung dengan kondisi tanah yang subur sehingga memberikan kemakmuran bagi rakyat.
Sosial
Kondisi masyarakat Kediri sudah teratur, penduduknya sudah memakai kain sampai bawah lutut, rumahnya bersih dan rapi serta berlantai. Hukum yang berlaku adalah sistem denda dengan membayar emas bagi yang bersalah, tetapi pencuri dan perampok dihukum mati. Rakyat membayar denda dengan hasil bumi.
Ekonomi
Raja Airlangga sangat memperhatikan bidang pertanian. Dalam prasasti Kelagen disebutkan tentang pembuatan sebuah waduk atas perintah Airlangga di Wringin Sapta untuk mengatur aliran Sungai Brantas dan juga menyebutkan tentang kapal-kapal dagang yang dapat berlayar meyusuri sungai Brantas sampai di pelabuhan Hujung Galuh berkat adanya Waduk Wringin Sapta tersebut.
7. Kerajaan Kediri
Politik
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Kediri adalah sebagai berikut :
1. Raja Jayawarsa
2. Rakai Sirikan Sri Bameswara
3. Raja Jayabaya
4. Raja Sarweswara
5. Sri Aryyeswara
6. Sri Gandra
7. Kameswara
8. Kertajaya
Pada masa pemerintahan Kameswara, seni sastra berkembang pesat, hal ini dikarenakan :
Adanya pujangga-pujangga yang pandai
Adanya perlindungan terhadap para pujangga
Penghormatan kepada raja melalui hasil sastra
Adanya kebebasan berpikir dalam mengembangkan kesusastraan
Pengganti Kameswara adalah Raja Kertajaya yang kemudian dikalahkan oleh Ken Arok dari Singosari dalam perang di Pujon, Malang.
Ekonomi
Kediri merupakan negara yang agraris dan maritim. Masyarakat yang hidup di daerah pedalaman bermata pencaharian sebagai petani dengan hasil yang melimpah karena di dukung dengan kondisi tanah yang subur sehingga memberikan kemakmuran bagi rakyat.
Sosial
Kondisi masyarakat Kediri sudah teratur, penduduknya sudah memakai kain sampai bawah lutut, rumahnya bersih dan rapi serta berlantai. Hukum yang berlaku adalah sistem denda dengan membayar emas bagi yang bersalah, tetapi pencuri dan perampok dihukum mati. Rakyat membayar denda dengan hasil bumi.
8. Kerajaan SingosariKerajaan Singosari didirikan oleh Ken Arok yang kemudian ia wafat pada tahun 1227 karena dibunuh oleh seseorang atas perintah Anusapati yang kemudian dicandikan di daerah Kagenengan dalam bentuk perpaduan Syiwa Budha. Setelah berhasil membunuh Ken Arok, Anusapati naik tahta namun lambat laut pembunuhan itu terdengar sampai pada Panji Tohjaya yang kemudian membalas kematian ayahnya dengan cara membunuh Anusapati, keberhasilan itu membuat Tohjaya naik tahta sebagai raja.
Pemerintahannya hanya berlangsung tidak lama karena pada tahun itu terjadi pemberontakan oleh Ranggawuni dan Mahisa Cempaka yang menyebabkan Tohjaya mengungsi dan pemerintahan berada pada tangan Ranggawuni. Pada tahun 1254 ia mengangkat anaknya Kertanegara sebagai putra mahkota yang kemudian ia wafat pada tahun 1268.
Pemerintahannya hanya berlangsung tidak lama karena pada tahun itu terjadi pemberontakan oleh Ranggawuni dan Mahisa Cempaka yang menyebabkan Tohjaya mengungsi dan pemerintahan berada pada tangan Ranggawuni. Pada tahun 1254 ia mengangkat anaknya Kertanegara sebagai putra mahkota yang kemudian ia wafat pada tahun 1268.
Didalam politik pemerintahan, Kertanegara membagi menjadi dua macam, yaitu :
a. Politik dalam negeri
Ditujukan untuk melancarkan dan menstabilkan pemerintahan. Untuk mencapai tujuan itu, Kertanegara melakukan berbagai tindakan, antara lain :
1. Memecat Mahapatih Raganatha karena dipandang kurang mendukung gagasan raja dan menggantikannya dengan Kebo Tengah
2. Mengangkat Banyak Wide sebagai Bupati Sumenep
3. Mengangkat Jayakatwang sebagai raja kecil di Kediri untuk menghindari perselisihan
4. Mengambil Arharaja dan Raden Wijaya sebagai menantu
5. Memperkuat angkatan perang
6. Menumpas pemberontakan Bhayaraja dan Mahesa Rengkah
7. Mengangkat seorang kepala agama Budha dan Brahmana
b. Politik luar negeri
Tujuan Kertanegara dalam politik luar negerinya adalah :
1. Mempersatukan seluruh Nusantara yang dipimpin Kerajaan Singosari
2. Mengurangi pengaruh dari dua keajaan besar yang merupakan lawan-lawan politik Ketanegara, yaitu Sriwijaya dan Cina Mongol
Kematian Kertanegara mengakibatkan Singosari dikuasai oleh Jayakatwang. Sesuai dengan agamanya, Kertanegara didarmakan (dimakamkan) di Candi Jawi sebagai Siwa-Budha, sebagai Wairocana-locana di Segala, dan Bairawa di Candi Singosari.
a. Politik dalam negeri
Ditujukan untuk melancarkan dan menstabilkan pemerintahan. Untuk mencapai tujuan itu, Kertanegara melakukan berbagai tindakan, antara lain :
1. Memecat Mahapatih Raganatha karena dipandang kurang mendukung gagasan raja dan menggantikannya dengan Kebo Tengah
2. Mengangkat Banyak Wide sebagai Bupati Sumenep
3. Mengangkat Jayakatwang sebagai raja kecil di Kediri untuk menghindari perselisihan
4. Mengambil Arharaja dan Raden Wijaya sebagai menantu
5. Memperkuat angkatan perang
6. Menumpas pemberontakan Bhayaraja dan Mahesa Rengkah
7. Mengangkat seorang kepala agama Budha dan Brahmana
b. Politik luar negeri
Tujuan Kertanegara dalam politik luar negerinya adalah :
1. Mempersatukan seluruh Nusantara yang dipimpin Kerajaan Singosari
2. Mengurangi pengaruh dari dua keajaan besar yang merupakan lawan-lawan politik Ketanegara, yaitu Sriwijaya dan Cina Mongol
Kematian Kertanegara mengakibatkan Singosari dikuasai oleh Jayakatwang. Sesuai dengan agamanya, Kertanegara didarmakan (dimakamkan) di Candi Jawi sebagai Siwa-Budha, sebagai Wairocana-locana di Segala, dan Bairawa di Candi Singosari.
9. Kerajaan Majapahit
Lokasi Kerajaan ini adalah di Trowulan Mojokerto. Dalam sejarah Indonesia, periode Majapahit merupakan periode yang paling mengesankan karena periode ini di Nusantara terdapat suatu kerajaan besar yang disegani oleh mancanegara dan membawa keharuman nama Indonesia sampai jauh ke luar wilayah Indonesia.
Lokasi Kerajaan ini adalah di Trowulan Mojokerto. Dalam sejarah Indonesia, periode Majapahit merupakan periode yang paling mengesankan karena periode ini di Nusantara terdapat suatu kerajaan besar yang disegani oleh mancanegara dan membawa keharuman nama Indonesia sampai jauh ke luar wilayah Indonesia.
Sumber Sejarah
Prasasti Gunung Butak, Brumbung, Kudadu, Gajah Mada, dan Jiu.
Kitab Negarakertagama yang menceritakan tentang perjalanan Hayam Wuruk ke Jawa Timur
Kitab Pararaton yang menceritakan tentang pemerintahan raja Singosari dan Majapahit
Kidung Harsawijaya dan Kidung Panji Wijayakrama
Prasasti Gunung Butak, Brumbung, Kudadu, Gajah Mada, dan Jiu.
Kitab Negarakertagama yang menceritakan tentang perjalanan Hayam Wuruk ke Jawa Timur
Kitab Pararaton yang menceritakan tentang pemerintahan raja Singosari dan Majapahit
Kidung Harsawijaya dan Kidung Panji Wijayakrama
Politik
Setelah Kerajaan Singosari runtuh, Raden Wijaya berhasil menyelamtakan diri dari kejaran pasukan Kediri. Atas nasihat Arya Wiraraja, Raden Wijaya menyerahkan diri kepada Jayakatwang dan menghamba kepadanya. Setelahnya Raden Wijaya kemudian menghimpun orang-orang Tumapel dan Madura menjadi pasukan untuk bersiap-siap merebut kembali kekuasaan yang ada di tangan Jayakatwang, setelah selesai datanglah bala
tentara dari Cina-Mongol atas perintah Kubilai Khan untuk menghukum Kertanegara yang telah menghina utusannya, namun mereka belum mengetahui bahwa Kertanegara sudah meninggal. Akan tetapi mereka tidak percaya dan kemudian menyerbu Jayakatwang. Maka kesempatan ini di ambil oleh Raden Wijaya untuk membalas dendam kepada Jayakatwang.
Dalam pertempuran itu tentara Kediri dapat dengan mudah ditaklukkan, Jayakatwang pun tertangkap dan dibunuh. Pada waktu tentara Tartar hendak kembali ke pelabuhan, Raden Wijaya kembali menyerang.
Dan setelah berhasil Raden Wijaya dinobatkan sebagai Raja Majapahit.
1. Masa Pemerintahan Kertarajasa Jayawardhana (1293-1309)
Menurut Prasasti Gunung Butak dan Kitab Pararaton, Raden Wijaya memperistri anak Kertanegara, yaitu :
Dyah Dewi Tribhuwaneswari;
Dyah Dewi Narendraduhita;
Dyah Dewi Prajnaparamita Jayendradewi;
Dyah Dewi Gayatri.
Akan tetapi perkawinan itu lebih berlatar belakang agar tidak terjadi perebutan kekuasaan di dalam anggota keturunan Kertanegara. Pada masa pemerintahannya, Raden Wijaya lebih mengutamakan konsolidasi kekuatan dalam kerajaan. Pada tahun 1309, Raden Wijaya wafat dan dimakamkan di Candi Simping sebagai Syiwa, dan di Artahpura sebagai Dhyani Budha. Arca perwujudannya berbentuk Harihara (Arca perwujudan Wisnu dan Syiwa dalam satu Arca).
2. Masa Pemerintahan Jayanegara (1309-1328 M)Pemberontakan yang penting yang pernah terjadi salah satunya adalah pembarontakan Kuti yang hampir membawa keruntuhan bagi Majapahit karena berhasil menduduki ibukota Majapahit.
Setelah Kerajaan Singosari runtuh, Raden Wijaya berhasil menyelamtakan diri dari kejaran pasukan Kediri. Atas nasihat Arya Wiraraja, Raden Wijaya menyerahkan diri kepada Jayakatwang dan menghamba kepadanya. Setelahnya Raden Wijaya kemudian menghimpun orang-orang Tumapel dan Madura menjadi pasukan untuk bersiap-siap merebut kembali kekuasaan yang ada di tangan Jayakatwang, setelah selesai datanglah bala
tentara dari Cina-Mongol atas perintah Kubilai Khan untuk menghukum Kertanegara yang telah menghina utusannya, namun mereka belum mengetahui bahwa Kertanegara sudah meninggal. Akan tetapi mereka tidak percaya dan kemudian menyerbu Jayakatwang. Maka kesempatan ini di ambil oleh Raden Wijaya untuk membalas dendam kepada Jayakatwang.
Dalam pertempuran itu tentara Kediri dapat dengan mudah ditaklukkan, Jayakatwang pun tertangkap dan dibunuh. Pada waktu tentara Tartar hendak kembali ke pelabuhan, Raden Wijaya kembali menyerang.
Dan setelah berhasil Raden Wijaya dinobatkan sebagai Raja Majapahit.
1. Masa Pemerintahan Kertarajasa Jayawardhana (1293-1309)
Menurut Prasasti Gunung Butak dan Kitab Pararaton, Raden Wijaya memperistri anak Kertanegara, yaitu :
Dyah Dewi Tribhuwaneswari;
Dyah Dewi Narendraduhita;
Dyah Dewi Prajnaparamita Jayendradewi;
Dyah Dewi Gayatri.
Akan tetapi perkawinan itu lebih berlatar belakang agar tidak terjadi perebutan kekuasaan di dalam anggota keturunan Kertanegara. Pada masa pemerintahannya, Raden Wijaya lebih mengutamakan konsolidasi kekuatan dalam kerajaan. Pada tahun 1309, Raden Wijaya wafat dan dimakamkan di Candi Simping sebagai Syiwa, dan di Artahpura sebagai Dhyani Budha. Arca perwujudannya berbentuk Harihara (Arca perwujudan Wisnu dan Syiwa dalam satu Arca).
2. Masa Pemerintahan Jayanegara (1309-1328 M)Pemberontakan yang penting yang pernah terjadi salah satunya adalah pembarontakan Kuti yang hampir membawa keruntuhan bagi Majapahit karena berhasil menduduki ibukota Majapahit.
Jayanegara terpaksa melarikan diri ke desa Badader dan hanya diikuti oleh sejumlah pasukan dengan pimpinan Gajah Mada. Berkat kecakapan Gajah Mada, pemberontakan akhirnya dapat ditumpas. Pada tahun 1328 M, Jayanegara meninggal karena dibunuh oleh tabib kerajaan yang bernama Tanca, yang kemudian Tanca di bunuh oleh Gajah Mada.
3. Masa pemerintahan Tribuwana Tungga DewiPada masa pemerintahannya telah teerjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Sadeng dan Keta pada tahun 1331. Akhirnya menteri pelaksana yang pada waktu itu dalam keadaan sakit meminta bantuan kepada Gajah Mada. Setelah pemberontakan dapat dipadamkan, Gajah Mada diangkat menjadi Patih Mangkubumi Majapahit dan mengungkapkan Sumpah Tan Amukti Palapa. Pada tahun 1350 Tribhuwana mengundurkan diri sebagai raja Karena ibunya meninggal, selanjutnya tahta kerajaan diserahkan kepada putranya, Hayam Wuruk.
4. Masa Pemerintahan Hayam Wuruk.
Pada masa pemerintahannya Majapahit mengalami masa keemasan. Sebagai raja ia berpandang luas dan tajam serta memberikan kebebasan sepenuhnya kepada Gajah Mada untuk menjalankan pemerintahan karena ia mengetahui kecakapan yang dimiliki oleh Gajah Mada dan mempunyai cita-cita yang sama yaitu untuk mempersatukan Nusantara.
Pada tahun 1357 Raja Hayam Wuruk bermaksud meminang putri Sri Baduga yang bernama Dyah Pitaloka. Lamaran itu diterima, bahkan Sri Baduga sendiri yang mengantarnya. Sesampai di Majapahit Raja Pajajaran dan rombongannya berkemah di Bubat menanti Hayam Wuruk. Namun Gajah Mada menghendaki agar Dyah Pitaloka sendiri yang diantar oleh Raja Pajajaran sebagai tanda tanduk kerajaan Sunda.
Maksud ini ditolak oleh Sri Baduga dan terjadilah pertempuran yang akhirnya Sri Baduga terbunuh dan Dyah Pitaloka bunuh diri, peristiwa ini disebut dengan perang bubat.
Setelah Gajah Mada wafat, Gajah Mungkuri diangkat sebagai pimpinan tunggal eksekutif kerajaan. Setelahnya Hayam Wuruk meninggal dan di makamkan di Candi Ngetos, Nganjuk.
5. Kemunduran Kerajaan Majapahit
Sebab-sebab kemuduran Kerajaan Majapahit dikarenakan oleh :
a. Terjadinya perang saudara yaitu perang Paregreg
b. Tidak ada pembentukan kader kepemimpinan
c. Banyak kerajaan bawahan yang melepaskan diri dan menjadi negara bebas
d. Masuk dan berkembangnya agama Islam di Jawa Timur
e. Kemunduran di bidang perdagangan karena Majapahit tidak mampu melindungi pusat-pusat perdagangan.
SosialTata masyarakat berdasarkan Hinduisme yaitu pembagian anggota masyarakat kedalam empat kasta. Sistem perundang-undangan yang mengatur hukum sudah ada dan orang yang terbukti bersalah melakukan kejahatan harus dikenakan pidana mati.
3. Masa pemerintahan Tribuwana Tungga DewiPada masa pemerintahannya telah teerjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Sadeng dan Keta pada tahun 1331. Akhirnya menteri pelaksana yang pada waktu itu dalam keadaan sakit meminta bantuan kepada Gajah Mada. Setelah pemberontakan dapat dipadamkan, Gajah Mada diangkat menjadi Patih Mangkubumi Majapahit dan mengungkapkan Sumpah Tan Amukti Palapa. Pada tahun 1350 Tribhuwana mengundurkan diri sebagai raja Karena ibunya meninggal, selanjutnya tahta kerajaan diserahkan kepada putranya, Hayam Wuruk.
4. Masa Pemerintahan Hayam Wuruk.
Pada masa pemerintahannya Majapahit mengalami masa keemasan. Sebagai raja ia berpandang luas dan tajam serta memberikan kebebasan sepenuhnya kepada Gajah Mada untuk menjalankan pemerintahan karena ia mengetahui kecakapan yang dimiliki oleh Gajah Mada dan mempunyai cita-cita yang sama yaitu untuk mempersatukan Nusantara.
Pada tahun 1357 Raja Hayam Wuruk bermaksud meminang putri Sri Baduga yang bernama Dyah Pitaloka. Lamaran itu diterima, bahkan Sri Baduga sendiri yang mengantarnya. Sesampai di Majapahit Raja Pajajaran dan rombongannya berkemah di Bubat menanti Hayam Wuruk. Namun Gajah Mada menghendaki agar Dyah Pitaloka sendiri yang diantar oleh Raja Pajajaran sebagai tanda tanduk kerajaan Sunda.
Maksud ini ditolak oleh Sri Baduga dan terjadilah pertempuran yang akhirnya Sri Baduga terbunuh dan Dyah Pitaloka bunuh diri, peristiwa ini disebut dengan perang bubat.
Setelah Gajah Mada wafat, Gajah Mungkuri diangkat sebagai pimpinan tunggal eksekutif kerajaan. Setelahnya Hayam Wuruk meninggal dan di makamkan di Candi Ngetos, Nganjuk.
5. Kemunduran Kerajaan Majapahit
Sebab-sebab kemuduran Kerajaan Majapahit dikarenakan oleh :
a. Terjadinya perang saudara yaitu perang Paregreg
b. Tidak ada pembentukan kader kepemimpinan
c. Banyak kerajaan bawahan yang melepaskan diri dan menjadi negara bebas
d. Masuk dan berkembangnya agama Islam di Jawa Timur
e. Kemunduran di bidang perdagangan karena Majapahit tidak mampu melindungi pusat-pusat perdagangan.
SosialTata masyarakat berdasarkan Hinduisme yaitu pembagian anggota masyarakat kedalam empat kasta. Sistem perundang-undangan yang mengatur hukum sudah ada dan orang yang terbukti bersalah melakukan kejahatan harus dikenakan pidana mati.
EkonomiBerdasarkan berita dari Ma-Huan di Majapahit telah bermukim orangorang asing. Hal ini menunjukkan bahwa perdagangan di Majapahit sudah ramai. Selain itu juga diperkuat adanya relief-relief di Candi Tigawangi dan Penataran yang menggambarkan para pedagang dari desa sedang memikul hasil bumi.
10. Kerajaan Sunda
Sumber Sejarah
Prasasti sang Hyang Tapak yang memunculkan nama Kerajaan Sunda, ditemukan di Pancalikan dan Bantarmuncang, Sukabumi yang menggunakan tulisan Huruf Kawi dan bahasa jawa Kuno.
Politik
Menurut kitab Carita Parahyangan, yang menjadi Raja Sunda di Kawali setelah Perang Bubat adalah Rahyang Niskala Wastu Kencana, ketika diangkat sebagai Raja, Wastu masih kecil sehingga pemerintahan sementara di pegang oleh Hyang Bunisora. Setelah berusia 23 tahun, Wastu memegang kekuasaan secara langsung. Raja berikutnya adalah Tohaan yang kemudian di gantikan oleh Sang Ratu Jayadewata.
Menurut berita Portugis pada tahun 1512 Raja Samiam dari Kerajaan Sunda meminta bantuan kepada Portugis. Pada masa pemerintahannya Sunda Kelapa, jatuh ke tangan pasukan Islam. Peristiwa ini menyebabkan terputusnya hubungan antara Sunda dan Portugis. Akibatnya satu demi satu pelabuhan Kerajaan Sunda jatuh ke tangan pasukan Islam. Pada masa pemerintahan Raja Nusiya Mulya keadaan kerajaan semakin lemah sampai akhirnya jatuh ke dalam kekuasaan Islam.
SosialBerdasarkan sumber Sejarah memberikan keterangan adanya kelompok-kelompok masyarakat berdasarkan fungsi yaitu :
o Kelompok masyarakat berdasarkan ekonomi, misalnya juru lukis, pande mas
o Kelompok masyarakat yang bertugas sebagai alat negara, yaitu mantri,prajurit
o Kelompok rohani dan cendekiawan yang terdiri dari memen, paraguna
Ekonomi
Kerajaan Sunda hidup dari hasil pertanian,terutama perladangan. Selain itu bidang perdagangan juga sudah maju dengan didukung adanya enam Bandar sebagai tempat perdagangan.
Sumber Sejarah
Prasasti sang Hyang Tapak yang memunculkan nama Kerajaan Sunda, ditemukan di Pancalikan dan Bantarmuncang, Sukabumi yang menggunakan tulisan Huruf Kawi dan bahasa jawa Kuno.
Politik
Menurut kitab Carita Parahyangan, yang menjadi Raja Sunda di Kawali setelah Perang Bubat adalah Rahyang Niskala Wastu Kencana, ketika diangkat sebagai Raja, Wastu masih kecil sehingga pemerintahan sementara di pegang oleh Hyang Bunisora. Setelah berusia 23 tahun, Wastu memegang kekuasaan secara langsung. Raja berikutnya adalah Tohaan yang kemudian di gantikan oleh Sang Ratu Jayadewata.
Menurut berita Portugis pada tahun 1512 Raja Samiam dari Kerajaan Sunda meminta bantuan kepada Portugis. Pada masa pemerintahannya Sunda Kelapa, jatuh ke tangan pasukan Islam. Peristiwa ini menyebabkan terputusnya hubungan antara Sunda dan Portugis. Akibatnya satu demi satu pelabuhan Kerajaan Sunda jatuh ke tangan pasukan Islam. Pada masa pemerintahan Raja Nusiya Mulya keadaan kerajaan semakin lemah sampai akhirnya jatuh ke dalam kekuasaan Islam.
SosialBerdasarkan sumber Sejarah memberikan keterangan adanya kelompok-kelompok masyarakat berdasarkan fungsi yaitu :
o Kelompok masyarakat berdasarkan ekonomi, misalnya juru lukis, pande mas
o Kelompok masyarakat yang bertugas sebagai alat negara, yaitu mantri,prajurit
o Kelompok rohani dan cendekiawan yang terdiri dari memen, paraguna
Ekonomi
Kerajaan Sunda hidup dari hasil pertanian,terutama perladangan. Selain itu bidang perdagangan juga sudah maju dengan didukung adanya enam Bandar sebagai tempat perdagangan.
11. Kerajaan Bali
Sumber Sejarah
1. Prasasti Bali berisi tentang perizinan kepada para biksu untuk membuat pertapaan di bukit chintamani
2. Prasasti Blanjong yang berbahasa Bali Kuno.
3. Prasasti Sanur yang memakai huruf Nagari dengan bahasa Bali Kuno dan Sanskerta.
Politik
Dari prasasti Belanjong dapat diketahui bahwa pengganti Khesari Warmadewa adalah Ugrasena, setelah mangkat ia dicandikan di air Madatu. Penggantinya adalah Jayasingha Warmadewa, beliau membangun pemandian di Desa Manukraya yaitu pemandian Tirta Empul di Istana Tampak Siring. Penggantinya adalah Jayasadhu yang kemudian muncul raja perempuan yang bernama maharaja Sri Wijaya Mahadewi. Setelahnya yang memimpin adalah Dharmodayana pada saat pemerintahannya Bali semakin jelas keadaannya terlebih lagi dengan adanya perkawinannya dengan Gunapriya Dharmapatmi yang kemudian mempunyai tiga orang anak. Yang kemudian menggantikan tahta ayahnya.
Sumber Sejarah
1. Prasasti Bali berisi tentang perizinan kepada para biksu untuk membuat pertapaan di bukit chintamani
2. Prasasti Blanjong yang berbahasa Bali Kuno.
3. Prasasti Sanur yang memakai huruf Nagari dengan bahasa Bali Kuno dan Sanskerta.
Politik
Dari prasasti Belanjong dapat diketahui bahwa pengganti Khesari Warmadewa adalah Ugrasena, setelah mangkat ia dicandikan di air Madatu. Penggantinya adalah Jayasingha Warmadewa, beliau membangun pemandian di Desa Manukraya yaitu pemandian Tirta Empul di Istana Tampak Siring. Penggantinya adalah Jayasadhu yang kemudian muncul raja perempuan yang bernama maharaja Sri Wijaya Mahadewi. Setelahnya yang memimpin adalah Dharmodayana pada saat pemerintahannya Bali semakin jelas keadaannya terlebih lagi dengan adanya perkawinannya dengan Gunapriya Dharmapatmi yang kemudian mempunyai tiga orang anak. Yang kemudian menggantikan tahta ayahnya.
Pertempuran antara pasukan Gajah Mada dan pasukan bali yang dipimpin oleh Kebo Iwa yang kemudian ia berhasil membujuk Gajah Mada untuk pergi ke Maja pahit sesampainya di Majapahit Kebo Iwa dibunuh. Selanjutnya Gajah waktra yang berada di Bali ikut di bunuh dan bali berada pada tangan Majapahit.
Sosial
Masyarakat umumnya hidup berkelompok dalam satu daerah dan membagi menjadi dua kelompok yaitu golongan Catur Warna dan golongan luar kasta serta sebagian besar mereka hidup bercocok tanam.
EkonomiMasyarakat bali umumnya hidup bercocok tanam dan memelihara binatang ternak. Bidang perdagangan pada masa itu sudah cukup maju hal itu dapat dilihat dari Prasasti Julah yang menyebut tentang perdagangan dari seberang yang datang dengan kapal dan perahu berlabuh di Manasa.
Sosial
Masyarakat umumnya hidup berkelompok dalam satu daerah dan membagi menjadi dua kelompok yaitu golongan Catur Warna dan golongan luar kasta serta sebagian besar mereka hidup bercocok tanam.
EkonomiMasyarakat bali umumnya hidup bercocok tanam dan memelihara binatang ternak. Bidang perdagangan pada masa itu sudah cukup maju hal itu dapat dilihat dari Prasasti Julah yang menyebut tentang perdagangan dari seberang yang datang dengan kapal dan perahu berlabuh di Manasa.
D. Arsitektur Monumen keagamaan Hindu Dan Budha di Indonesia.
Candi Prambanan
Salah satu peninggalan dari zaman Hindu-Budha yang sangat berharga sebagai sumber sejarah Indonesia kuno adalah bidang arsitektur atau seni bangun, seperti candi. Candi dalam agama Hindu sebenarnya adalah bangunan untuk memuliakan raja yang telah wafat.
Arca Syiwa yang merupakan perwujudan yang melukiskan sang raja sebagai dewa, namun sering kali arca perwujudan itu berupa lambang syiwa saja yaitu lingga.
Candi sebagai bangunan terdiri dari tiga bagian yaitu sebagai berikut :
a) Kaki candi yang melambangkan alam bawahtempat manusia biasa
b) Badan candi yang melambangkan alam atara tempat manusia yang telah meninggalkan keduniawiannya dan alam keadaan suci menemui dewanya
c) Atap candi yang melambangkan alam atas tempat bersemanyamnya para dewa.
Berdasarkan cara pengelompokannya candi-candi di Indonesia dapat di bagi menjadi tiga jenis, yaitu :
1) Jenis Jawa Tengah Utara yang bersifat Syiwa
2) Jenis Jawa Tengah Selatan yang bersifat Hindu Dan Budha
3) Jenis Jawa Timur temasuk candi-candi di Bali dan Sumatra yang bersifat pembauran antara Syiwa, Budha dan kepercayaan lokal.
E. Hubungan perkembangan tradisi Hindu-Budha dengan perubahan struktur sosial masyarakat, pendidikan, kesenian, dan teknologi pada masa kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Budha di IndonesiaMasuk dan berkembangnya pengaruh tradisi hindu membawa perubahan terhadap masyarakat di kepulauan Indonesia, yakni tampak pada susunan masyarakat Indonesia yang berdasarkan sistem kasta :
1. Brahmana yaitu golongan masyarakat yang terdiri atas kaum pendeta, raja dan pembesar kerajaan lainnya
2. Ksatriya yaitu golongan masyarakat yang terdiri atas para bangsawan dan prajurit atau tentara
3. Waisya yaitu golongan masyarakat yang terdiri atas para pedagang, petani, dan masyarakat biasa
4. Sudra yaitu golongan masyarakat yang terdiri atas para budak dan pekerja kasar
5. Paria yaitu golongan masyarakat yang terdiri atas penduduk pendatang dan oaringorang yang terkena hukuman karena melanggar aturan kasta
Penganut agama Hindu percaya pada banyak dewa (politeisme) yang tergabung kedalam Trimurti yaitu :
Brahmana sebagai dewa pencipta alam semesta
Wisnu sebagai dewa pemelihara alam semesta
Siwa sebagai dewa perusak alam semesta
Salah satu peninggalan dari zaman Hindu-Budha yang sangat berharga sebagai sumber sejarah Indonesia kuno adalah bidang arsitektur atau seni bangun, seperti candi. Candi dalam agama Hindu sebenarnya adalah bangunan untuk memuliakan raja yang telah wafat.
Arca Syiwa yang merupakan perwujudan yang melukiskan sang raja sebagai dewa, namun sering kali arca perwujudan itu berupa lambang syiwa saja yaitu lingga.
Candi sebagai bangunan terdiri dari tiga bagian yaitu sebagai berikut :
a) Kaki candi yang melambangkan alam bawahtempat manusia biasa
b) Badan candi yang melambangkan alam atara tempat manusia yang telah meninggalkan keduniawiannya dan alam keadaan suci menemui dewanya
c) Atap candi yang melambangkan alam atas tempat bersemanyamnya para dewa.
Berdasarkan cara pengelompokannya candi-candi di Indonesia dapat di bagi menjadi tiga jenis, yaitu :
1) Jenis Jawa Tengah Utara yang bersifat Syiwa
2) Jenis Jawa Tengah Selatan yang bersifat Hindu Dan Budha
3) Jenis Jawa Timur temasuk candi-candi di Bali dan Sumatra yang bersifat pembauran antara Syiwa, Budha dan kepercayaan lokal.
E. Hubungan perkembangan tradisi Hindu-Budha dengan perubahan struktur sosial masyarakat, pendidikan, kesenian, dan teknologi pada masa kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Budha di IndonesiaMasuk dan berkembangnya pengaruh tradisi hindu membawa perubahan terhadap masyarakat di kepulauan Indonesia, yakni tampak pada susunan masyarakat Indonesia yang berdasarkan sistem kasta :
1. Brahmana yaitu golongan masyarakat yang terdiri atas kaum pendeta, raja dan pembesar kerajaan lainnya
2. Ksatriya yaitu golongan masyarakat yang terdiri atas para bangsawan dan prajurit atau tentara
3. Waisya yaitu golongan masyarakat yang terdiri atas para pedagang, petani, dan masyarakat biasa
4. Sudra yaitu golongan masyarakat yang terdiri atas para budak dan pekerja kasar
5. Paria yaitu golongan masyarakat yang terdiri atas penduduk pendatang dan oaringorang yang terkena hukuman karena melanggar aturan kasta
Penganut agama Hindu percaya pada banyak dewa (politeisme) yang tergabung kedalam Trimurti yaitu :
Brahmana sebagai dewa pencipta alam semesta
Wisnu sebagai dewa pemelihara alam semesta
Siwa sebagai dewa perusak alam semesta
Menurut ajaran agama Budha orang yang ingin mencapai nirwana wajib menjalani hidup samsara (sengsara) dengan meninggalkan hidup kedunia dan memerangi hawa nafsu dalam ajaran agama budha terdapat empat kenyataan hidup yaitu :
1) Hidup adalah sengsara
2) Samsara di sebabkan oleh mengikuti hawa nafsu ingin menguasai dunia
3) Samsara dapat dihilangkan dengan cara memerangi hawa nafsu
4) Hawa nafsu dapat di hilangkan dengan cara menempuh delapan jalan kebenaran atau Dharma
Karena dalam ajaran budha dikenal adanya sistem kasta maka banyak masyarakat Indonesia yang berpindah menganut agama budha karena tidak memandang status sosial atau kedudukan seseorang dalam masyarakat.
Beberapa sumber sejarah menjeleskan tentang sistem dan proses pendidikan di Indonesia antara lain prasasti, candi, arca, kraton maupun naskah kuno. Beberapa pengaruh tradisi Hindu-Budha di Indonesia atara lain bentuk seni arsitektur seperti bangunan candi. Bangunan candi yang bercorak agama Budha di India umumnya berbentuk stupa,tetapi di Indonesia berbentuk punden berundak yang merupakan tempat tinggal para Hyang (nenek moyang). Candi sebagai tempat sementara dewa merupakan bangunan tiruan dari tempat yang sebenarnya,yaitu gunung mahameru selai itu biasanya candi juga di hiasi oleh berbagai hiasan dan pahatan seperti hiasan bunga teratai,hewan keramat,bidadari dan arca-arca dewa adalah khas alam Indonesia,selain candi Indonesia juga ditemukan bangunan kuil atau pura sebagai tempat peribadatan penganut agama Hindu.
Pada masa pengaruh tradisi Hindu-Budha teknik bercocok tanam masih dilakukan secara sederhana seperti berladang yang dilakukan secara berpindah-pindah tempat dan dikerjakan dengan peralatan yang sederhana.
Dalam bidang teknologi pengangkutan terjadi perubahan dan perkembangan dari waktu ke waktu, sejalan dengan perkembangan IPTEK yang dikuasai oleh masyarakat.
F. Faktor-faktor Penyebab Runtuhnya Kerajaan-Kerajaan Bercorak Hindu-Budha.
Memasuki abad ke-15 M,Kerajaan Majapahit dan Kerajaan-Kerajaan yang bercorak Hindu-Budha mulai mengalami kemunduran.yang disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah karena terdesak dan terkalahkan oleh kemajuan yang dicapai oleh kesultanan-kesultanan yang bercorak islam. Selain itu terjadi pula perang saudara di Majapahit yang menyebabkan kekuatan Majapahit menjadi lemah dan terpecah, dalam situasi seperti ini pengawasan pemerintahan pusat kepada raja daerah menjadi longgar sehingga memicu raja-raja di daerah menyusun kekuatan sendiri, berhubungan dengan negara lain, mencari pertuanan baru, dan selanjutnya melepaskan diri.
Perkembangan agama Islam juga ikut mempercepat keruntuhan Majapahit karena raja-raja bawahan telah memeluk agama Islam yang kemudian berpaling dari Majapahit dan mencari pertuanan baru. Serta munculnya Malaka sebagai pusat perdagangan Islam yang menyebabkan Bandar Majapahit menjadi jarang dikunjungi oleh pedagang asing. Namun dengan runtuhnya Majapahit pada awal abad ke-16 M, Indonesia memasuki babakan baru, yaitu periode kesultanan-kesultanan yang bercorak Islam.
G. Tradisi Hindu-Budha di Dalam masyarakat Setelah Runtuhnya Kerajaan Hindu-Budha.Pada awalnya tradisi Hindu-Budha hanya dikenal dikalangan Keraton. Namun tradisi itu lambat laun masuk ke desa-desa dan bertemu dengan kepercayaan asli masyarakat yang memuja arwah leluhur yang menyebabkan adanya akulturasi antara kebudayaan Hindu-Budha dengan kebudayaan asli (lokal).
1) Hidup adalah sengsara
2) Samsara di sebabkan oleh mengikuti hawa nafsu ingin menguasai dunia
3) Samsara dapat dihilangkan dengan cara memerangi hawa nafsu
4) Hawa nafsu dapat di hilangkan dengan cara menempuh delapan jalan kebenaran atau Dharma
Karena dalam ajaran budha dikenal adanya sistem kasta maka banyak masyarakat Indonesia yang berpindah menganut agama budha karena tidak memandang status sosial atau kedudukan seseorang dalam masyarakat.
Beberapa sumber sejarah menjeleskan tentang sistem dan proses pendidikan di Indonesia antara lain prasasti, candi, arca, kraton maupun naskah kuno. Beberapa pengaruh tradisi Hindu-Budha di Indonesia atara lain bentuk seni arsitektur seperti bangunan candi. Bangunan candi yang bercorak agama Budha di India umumnya berbentuk stupa,tetapi di Indonesia berbentuk punden berundak yang merupakan tempat tinggal para Hyang (nenek moyang). Candi sebagai tempat sementara dewa merupakan bangunan tiruan dari tempat yang sebenarnya,yaitu gunung mahameru selai itu biasanya candi juga di hiasi oleh berbagai hiasan dan pahatan seperti hiasan bunga teratai,hewan keramat,bidadari dan arca-arca dewa adalah khas alam Indonesia,selain candi Indonesia juga ditemukan bangunan kuil atau pura sebagai tempat peribadatan penganut agama Hindu.
Pada masa pengaruh tradisi Hindu-Budha teknik bercocok tanam masih dilakukan secara sederhana seperti berladang yang dilakukan secara berpindah-pindah tempat dan dikerjakan dengan peralatan yang sederhana.
Dalam bidang teknologi pengangkutan terjadi perubahan dan perkembangan dari waktu ke waktu, sejalan dengan perkembangan IPTEK yang dikuasai oleh masyarakat.
F. Faktor-faktor Penyebab Runtuhnya Kerajaan-Kerajaan Bercorak Hindu-Budha.
Memasuki abad ke-15 M,Kerajaan Majapahit dan Kerajaan-Kerajaan yang bercorak Hindu-Budha mulai mengalami kemunduran.yang disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah karena terdesak dan terkalahkan oleh kemajuan yang dicapai oleh kesultanan-kesultanan yang bercorak islam. Selain itu terjadi pula perang saudara di Majapahit yang menyebabkan kekuatan Majapahit menjadi lemah dan terpecah, dalam situasi seperti ini pengawasan pemerintahan pusat kepada raja daerah menjadi longgar sehingga memicu raja-raja di daerah menyusun kekuatan sendiri, berhubungan dengan negara lain, mencari pertuanan baru, dan selanjutnya melepaskan diri.
Perkembangan agama Islam juga ikut mempercepat keruntuhan Majapahit karena raja-raja bawahan telah memeluk agama Islam yang kemudian berpaling dari Majapahit dan mencari pertuanan baru. Serta munculnya Malaka sebagai pusat perdagangan Islam yang menyebabkan Bandar Majapahit menjadi jarang dikunjungi oleh pedagang asing. Namun dengan runtuhnya Majapahit pada awal abad ke-16 M, Indonesia memasuki babakan baru, yaitu periode kesultanan-kesultanan yang bercorak Islam.
G. Tradisi Hindu-Budha di Dalam masyarakat Setelah Runtuhnya Kerajaan Hindu-Budha.Pada awalnya tradisi Hindu-Budha hanya dikenal dikalangan Keraton. Namun tradisi itu lambat laun masuk ke desa-desa dan bertemu dengan kepercayaan asli masyarakat yang memuja arwah leluhur yang menyebabkan adanya akulturasi antara kebudayaan Hindu-Budha dengan kebudayaan asli (lokal).
Apabila unsur kebudayaan asli di suatu tempat kuat, unsur kebudayaan asli akan bertahan dan berpadu dengan kebudayaan hindu-Budha dan sebaliknya. Runtuhnya kerajaan Majapahit pada awal abad ke-16 menyebabkan kekuasaan Hindu-Budha lenyap di Nusantara,namun sampai zaman sekarang agama Hindu masih tetap ada seperti Hindu Bali yang juga disebut Hindu Dharma yang merupakan percampuran antara Animisme, Hindu dan Budha.
Menurut tradisi masuknya agama Hindu ke kepulauan Bali diduga terjadi sejak abad ke-7 dengan tibanya rombongan dari Jawa yang dipimpin oleh Markandeya, dalam proses akulturasi antara kebudayaan Bali asli dengan kebudayaan Hindu yang menyebabkan adanya aliran Hinduisme.
Menurut tradisi masuknya agama Hindu ke kepulauan Bali diduga terjadi sejak abad ke-7 dengan tibanya rombongan dari Jawa yang dipimpin oleh Markandeya, dalam proses akulturasi antara kebudayaan Bali asli dengan kebudayaan Hindu yang menyebabkan adanya aliran Hinduisme.
No comments:
Post a Comment