Kopi mulai dikenal manusia sekitar abad ketiga belas. Kisah Khaldi, penggembala kambing Ethiopia abad ke-9 yang menemukan kopi ketika sedang mencari kambingnya, tidak pernah ditulis sebelum tahun 1671 dan diragukan kebenarannya. Konon, kopi menyebar dari Ethiopia ke Mesir dan Yaman. Bukti terpercaya pertama mengenai minum kopi atau pengetahuan mengenai pohon kopi diketahui pada pertengahan abad kelima belas, di kalangan kaum Sufi Yaman. Pada abad ke-16, kopi sudah mencapai negara-negara Timur Tengah lainnya, Persia, Turki, dan Afrika utara. Selanjutnya, kopi menyebar ke kawasan Balkan, Italia, negara-negara Eropa lainnya, Indonesia, dan Amerika.
Kata 'coffee' masuk ke dalam perbendaharaan kata bahasa Inggris pada tahun 1598 dari kata bahasa Belanda, 'koffie', yang berasal dari kata bahasa Turki, 'kahve', yang berasal dari kata bahasa Arab, 'qahwa', yang merupakan bentuk singkat dari 'qahwat al-bun' (anggur biji). Kata 'kopi' ini kemungkinan berasal dari nama Kerajaan Kaffa di Ethiopia, yang menjadi daerah asal tanaman kopi. Di Ethiopia, kopi disebut 'bunn' atau 'bunna'.
Sebagai negara bekas jajahan Belanda, kemungkinan besar kata bahasa Indonesia, 'kopi', berasal dari kata bahasa Belanda, 'koffie'. Namun demikian, di kalangan masyarakat suku Pasemah atau Besemah, yang tersebar di daerah Bengkulu Selatan, Lahat, Empat Lawang, Ogan Komering Ulu, dan kawasan gunung Dempo, kopi dinamakan 'kawe'. Beradasarkan uraian di atas, kata 'kawe' ini mungkin berasal dari bahasa Arab, 'qahwa'. Dugaan ini sangat masuk akal karena agama Islam disebarkan ke berbagai penjuru Indonesia oleh para pedagang muslim Arab dan India. Di kalangan masyarakat Pasemah atau Besemah ini, kata 'kawe' digunakan untuk menyebut tanaman kopi dan buah kopi utuh maupun yang sudah diolah jadi biji kopi. Karena itu, mereka mengatakan 'kebun kawe' untuk menyebut 'kebun kopi'. Untuk kopi yang sudah diolah jadi bubuk kopi atau dibuat minuman, mereka menggunakan kata 'kupi'.
Ada beberapa kisah legenda mengenai sejarah minum kopi. Salah satu kisah menceritakan seorang sufi Yaman Ghothul Akbar Nurdin Abu al-Hasan al-Shadhli. Ketika melakukan perjalanan ke Ethiopia, sufi ini melihat burung-burung yang sangat bugar. Setelah sufi ini mencoba buah yang dimakan burung-burung ini, dia merasakan kebugaran yang sama.
Legenda lainnya menghubungkan penemuan kopi dengan murid Sheik Abu'l Hasan Shadhli, yaitu Umar. Menurut catatan kuno (yang ditulis dalam naskah Abdul Kadir), Umar, yang terkenal dengan kemampuannya mengobati orang sakit melalui do'a, pernah diasingkan dari Mukha ke sebuah gua di daerah gurun pasir dekat Usab. Karena kelaparan, Umar memakan buah-buahan dari semak-semak di sekitar gua, tapi buah-buah tersebut terasa pahit. Dia mencoba menyangrai biji buah tersebut untuk mengurangi rasa pahitnya, tapi biji tersebut jadi keras. Dia kemudian mencoba merebusnya agar biji tersebut lunak, sehingga dihasilkan cairan coklat yang harum. Setelah meminum cairan tersebut, Umar jadi bugar kembali dan mampu bertahan hidup selama beberapa hari. Setelah kisah 'obat ajaib' ini sampai di Mukha, Umar diminta kembali dan dijadikan orang suci.
Cerita legenda lainnya mengisahkan seorang penggembala kambing bernama Khaldi, yang memakan buah-buahan yang dimakan kambingnya setelah dia melihat efek penambahan kebugaran ketika kambing-kambingnya memakan buah-buahan berwarna merah dari semak-semak. Karena penasaran, Khaldi membawa buah-buah tersebut dan menyerahkannya kepada seorang Pendeta di sebuah kuil Tapi pendeta ini melarang konsumsi buah ini dan membuangnya ke dalam api. Setelah buah ini terbakar tercium aroma harum, dan si pendeta menyelidiknya. Biji-biji yang terbakar dan mengeluarkan aroma harum ini segera dikeluarkan dari api, digiling, dan dilarutkan di dalam air panas, sehingga dihasilkan minuman kopi pertama di dunia.
Sumber:
http://en.wikipedia.org/wiki/History_of_coffee
Kata 'coffee' masuk ke dalam perbendaharaan kata bahasa Inggris pada tahun 1598 dari kata bahasa Belanda, 'koffie', yang berasal dari kata bahasa Turki, 'kahve', yang berasal dari kata bahasa Arab, 'qahwa', yang merupakan bentuk singkat dari 'qahwat al-bun' (anggur biji). Kata 'kopi' ini kemungkinan berasal dari nama Kerajaan Kaffa di Ethiopia, yang menjadi daerah asal tanaman kopi. Di Ethiopia, kopi disebut 'bunn' atau 'bunna'.
Sebagai negara bekas jajahan Belanda, kemungkinan besar kata bahasa Indonesia, 'kopi', berasal dari kata bahasa Belanda, 'koffie'. Namun demikian, di kalangan masyarakat suku Pasemah atau Besemah, yang tersebar di daerah Bengkulu Selatan, Lahat, Empat Lawang, Ogan Komering Ulu, dan kawasan gunung Dempo, kopi dinamakan 'kawe'. Beradasarkan uraian di atas, kata 'kawe' ini mungkin berasal dari bahasa Arab, 'qahwa'. Dugaan ini sangat masuk akal karena agama Islam disebarkan ke berbagai penjuru Indonesia oleh para pedagang muslim Arab dan India. Di kalangan masyarakat Pasemah atau Besemah ini, kata 'kawe' digunakan untuk menyebut tanaman kopi dan buah kopi utuh maupun yang sudah diolah jadi biji kopi. Karena itu, mereka mengatakan 'kebun kawe' untuk menyebut 'kebun kopi'. Untuk kopi yang sudah diolah jadi bubuk kopi atau dibuat minuman, mereka menggunakan kata 'kupi'.
Ada beberapa kisah legenda mengenai sejarah minum kopi. Salah satu kisah menceritakan seorang sufi Yaman Ghothul Akbar Nurdin Abu al-Hasan al-Shadhli. Ketika melakukan perjalanan ke Ethiopia, sufi ini melihat burung-burung yang sangat bugar. Setelah sufi ini mencoba buah yang dimakan burung-burung ini, dia merasakan kebugaran yang sama.
Legenda lainnya menghubungkan penemuan kopi dengan murid Sheik Abu'l Hasan Shadhli, yaitu Umar. Menurut catatan kuno (yang ditulis dalam naskah Abdul Kadir), Umar, yang terkenal dengan kemampuannya mengobati orang sakit melalui do'a, pernah diasingkan dari Mukha ke sebuah gua di daerah gurun pasir dekat Usab. Karena kelaparan, Umar memakan buah-buahan dari semak-semak di sekitar gua, tapi buah-buah tersebut terasa pahit. Dia mencoba menyangrai biji buah tersebut untuk mengurangi rasa pahitnya, tapi biji tersebut jadi keras. Dia kemudian mencoba merebusnya agar biji tersebut lunak, sehingga dihasilkan cairan coklat yang harum. Setelah meminum cairan tersebut, Umar jadi bugar kembali dan mampu bertahan hidup selama beberapa hari. Setelah kisah 'obat ajaib' ini sampai di Mukha, Umar diminta kembali dan dijadikan orang suci.
Cerita legenda lainnya mengisahkan seorang penggembala kambing bernama Khaldi, yang memakan buah-buahan yang dimakan kambingnya setelah dia melihat efek penambahan kebugaran ketika kambing-kambingnya memakan buah-buahan berwarna merah dari semak-semak. Karena penasaran, Khaldi membawa buah-buah tersebut dan menyerahkannya kepada seorang Pendeta di sebuah kuil Tapi pendeta ini melarang konsumsi buah ini dan membuangnya ke dalam api. Setelah buah ini terbakar tercium aroma harum, dan si pendeta menyelidiknya. Biji-biji yang terbakar dan mengeluarkan aroma harum ini segera dikeluarkan dari api, digiling, dan dilarutkan di dalam air panas, sehingga dihasilkan minuman kopi pertama di dunia.
Sumber:
http://en.wikipedia.org/wiki/History_of_coffee
No comments:
Post a Comment